Ia melihat langsung puluhan warga kampung yang lemas lantaran persendiannya sakit dan tak berdaya neraktivitas seperti biasa.
Menurut Alex, panggilan karibnya, virus yang disebarkan oleh nyamuk aedes aegypti itu disebabkan karena lingkungan yang kotor.
"Keadaan lingkungan kurang terawat, karena masih banyak tanah kosong dan tak terawat milik salah satu pengembang," ujar Alex melalui sambungan ponsel, Rabu (12/2/2020).
Yang terpenting saat ini, adalah pengobatan bagi warga yang terjangkit.
Telebih, melakukan pencegahan agar persebaran cikungunya tidak meluas.
"Dinkes harua menurunkan tim medis untuk mengadakan pengobatan dan pencegahan bagi masyarakat yang belum terkena. Kemudian cari tahu kenapa hanya RW 10 RT 01 yang banyak terkena," jelasnya.
Alex juga meminta agar Pemkot Tangsel bisa mendeteksi secara tepat penyebab munculnya cikungunya itu.
"Cek penyebab, lingkungankah, pola hidup buang sampah dan lain-lain. Semua temuan harus dicarikan solusi agar tak terulang lagi. Jadikanlah puskesmas sebagai pusat edukasi kesehatan masyarakat," jelasnya.
Alex juga menambahkan, "Perbanyak petugas medis puskesmas atau Dinkes menangani keadaan ini dan turun ke lokasi, buka posko pengobatan. Jangan setelah diminta baru jalan. Sedikit berempati pada masyarakat yang mendapat bencana."
Derita warga kampung Rawa Lele
Jaya (60) masih belum bisa bergerak bebas.
Ditemui di rumahnya di bilangan RT 1 RW 10 Kampung Rawa Lele, Jombang, Ciputat, Tangerang Selatan (Tangsel), hanya bisa duduk lemas di pelataran rumahnya.
Jaya sudah sebulan merasa lemas, persendiannya ngilu dan ototnya terasa pegal.
"Ini tangan pada sakit, kaki, sudah lama, sebulan lalu lah," ujar Jaya sambil memegangi kakinya, Selasa (11/2/2020).
Saking sulit digerakkan karena ngilu dan sakit di bagian persendian, Jaya sampai tidak bisa memakai baju seorang diri.