TRIBUNJAKARTA.COM, MELAWI - Bertahun-tahun ikut menjual sapi dan motor, Iwan sudah menganggap Dede (29) seperti keluarga sendiri.
"Dia sudah bertahun-tahun ikut saya jual sapi dan motor. Kalau lebaran dia pun saya belikan motor," cerita Iwan, Rabu (19/2/2020).
Tanpa pernah Iwan menyangka, Dede tega menganiaya istrinya hingga terluka parah.
Sementara dua anaknya tewas di dapur setelah dipukul sokbreker.
Dua hari yang lalu, Senin (17/2/2020) sekitar pukul 17.30 WIB, Dede bertamu ke rumah Iwan.
Ia bermaksud mengambil BKPB motor yang digadaikan setelah utangnya ke Iwan sebesar Rp 5 juta lunas.
Dede menggadaikan motor sebagai jaminan karena butuh uang untuk dikirimkan ke ibunya di kampung.
Hanya 10 menit menemui Dede, Iwan meninggalkannya di rumah karena harus pergi melihat sapi setelah ditelepon Bambang.
Iwan sudah berpesan ke Wita (36), untuk mengambilkan dan menyerahkan BPKB motor yang disimpan di kamar.
Selepas Iwan pergi, di rumah ada Wita dan dua anaknya, Sandi Purwanto (18) dan Aina Nursifa (4), juga Dede.
Sebelum keluar rumah, Iwan menyaksikan Dede masih akrab bermain dan memangku Sifa.
Saking dekat dan akrabnya, Sifa memanggil Dede dengan sebutan paman tiap datang ke rumah.
Petang itu Dede ke rumah setelah dua minggu tak menampakkan batang hidungnya.
Sempat Ditawari Kerupuk
Beberapa kali Dede tersinggung dengan ujaran Iwan yang tak mengenakkan.
"Masih hidup toh?" begitu salah satu ucapan Iwan.
Iwan menyindir Dede karena pernah membawa tiga minggu motor yang BPKB-nya sudah digadaikan, tanpa izin.
Saat datang bertamu untuk mengambil BPKB motor, Dede disuguhkan kerupuk oleh si empunya rumah.
Sandi anak sulung Iwan nyeletuk dan meminta Dede menghabiskan penganan ringan itu.
"Kami tidak sudi menghabiskan bekasmu," begitu ucapan Sandi yang membuat emosi Dede memuncak.
Jam menunjukkan pukul 18.30 WIB ketika Wita masuk ke dalam kamar untuk mengambil BPKB motor.
Dede mengekor lalu memukulkan sokbreker motor ke arah Wita.
Wita menjerit histeris, diikuti dua anaknya Sandi dan Sifa.
Kalap dengan jeritan, Dede menganiaya Sandi dan Sifa hingga tewas, setelah itu pergi dari pintu depan.
Rumah dibiarkan dalam kondisi mati lampu.
Korban Wita dilarikan ke Rumah Sakit Antonius dalam kondisi terluka di tangan dan kepala, .
Lantaran luka parah Wita dirujuk ke Rumah Sakit Soedarso Pontianak, Dede pun ikut menyusul korban.
Korban Bersaksi
Pembantaian satu ibu dan dua anak langsung tersiar, polisi datang dan mengolah tempat kejadian perkara.
Warga berkerumun di rumah Iwan di Gang Keluarga, RT 06, Dusun Sidomulyo, Kecamatan Nangan Pinoh, Kabupaten Melawi.
Menurut Kasat Reskrim Polres Melawi AKP Primas Dyran Maestro, Dede ada di lokasi menonton.
Di kasus ini polisi memeriksa sembilan orang saksi, termasuk Dede.
Dede sempat berdalih, Wita, Sifa dan Sandi tersengat listrik karena melihat bohlam di rumahnya pecah.
Setelah menjalani operasi, Wita siuman dan membeberkan Dede lah orang yang menganiaya dirinya dan dua anaknya.
“Korban menyampaikan nama dan apa yang terjadi,” kata Kapolres Melawi, AKBP Tris Supriadi, Rabu (19/2/2020).
Berbekal kesaksian korban dan saksi lainnya, penyidik menangkap Dede dan menetapkannya sebagai tersangka.
Tris membenarkan pelaku sakit hati hingga menganiaya Wita hingga terluka parah.
Sedangkan Sandi dan Sifa tewas dibantai Dede di dapur.
"Menurut tersangka, korban sering mengucapkan kata yang menyinggung tersangka,” ujar Tris.
Ia memastikan Dede tidak memiliki hubungan darah, hanya sebatas rekan kerja Iwan, suami korban.
Tapi, kini Dede sudah tak lagi bekerja dengan Iwan.
Dikuburkan Satu Liang
Jenazah Sandi dan Sifa sudah dimakamkan pada Selasa (18/2/2020) di pemakaman umum Natai, Gunuk.
Sandi sebentar lagi persiapan untuk menghadapi ujian nasional.
"Dibikin satu liang kubur, tapi dua lubang lahatnya," kata Paur Subbag Humas Polres Melawi Bripka Arbain.
Puluhan warga dan sejumlah pelajar tampak mengantar jenazah Sandi dan Sifa hingga ke pemakaman.
Dari sekian pelayat, tampak Kapolres Melawi AKBP Tris Supriadi.
"Kami mengucapkan dukacita yang mendalam,” ujar Tris.
Rencananya, selesai tamat sekolah menengah atas, Sandi akan mendaftar sebagai anggota kepolisian.
Sebagai persiapannya, saban hari Sandi latihan lari 5 sampai 6 kilometer dan push up 40 kali.
Dari informasi yang didapat Tribun Pontianak, latihan keras Sandi bahkan melebihi target.
Ingin Ucapkan Terima Kasih
Iwan tak menyangka, Dede masih bisa mengarang cerita kepada keluarga di saat ia melihat proses olah TKP.
Ia sempat meminta keluarganya untuk mengamankan Dede karena satu-satunya saksi saat kejadian.
Setelah Wita dan dua anaknya dianiaya, Iwan melihat pakaian Dede berbeda ketika awal bertamu.
Iwan menolak jika polisi hanya menjerat Dede dengan ancaman pidana 20 tahun penjara.
"Harus lebih, bahkan keluarga saya berharap hutang nyawa harus dibayar nyawa," ucap Iwan.
Dalam waktu dekat, ingin sekali Iwan menemui Dede dan mengucapkan terima kasih.
"Terima kasih atas perlakuan terhadap anak-anak-anak dan istri yang telah menganggap Dede sebagai keluarga," katanya lagi.
Sampai sekarang, Wita belum tahu kedua anaknya meninggal dan sudah dimakamkan satu liang lahat.
Iwan tak mengizinkan istrinya yang masih terbaring di rumah sakit, untuk menonton televisi.
Bahkan, ia masih belum kuat membuka ponsel pintarnya, karena tersimpang banyak video kenangan dengan dua buah hatinya itu.
"Mau pulang ke rumah pun masih tak mampu, karena di rumah itu banyak kenangan kedua anak."
"Saya masih terbayang kamar dan lemari yang isinya puluhan boneka," cerita Iwan menahan kesedihan mendalam.
Artikel ini disarikan dari kumpulan berita Tribun Pontianak dengan topik: Pembunuhan di Melawi