“Jadi setelah saya menjelaskan saya ada history kontak satu ruangan meskipun saya gak kenal WNA itu sama sekali, wajahnya pun gak tahu, tapi karena satu ruangan akhirnya mulai diproses hari sabtu, dan kami dibawa ke RSPI Sulianti Saroso itu hari Minggu pukul 02.00 pagi,” ucapnya.
Selanjutnya, cerita pun berlanjut oleh Maria Darmaningsih ibunda Sita. Ia mengatakan bahwa pada tanggal 16 Februari dirinya merasa lemas hingga sakit pada bagian tulangnya.
Sampai akhirnya, ia pun memutuskan untuk berobat ke dokter bersama Sita dan mendapat obat-obatan yang segera dikonsumsinya lantaran didiagnosis mengalami gejala tifus.
Maria mengatakan, ketika itu kondisinya masih lebih kuat dibandingkan Sita yang sangat lemas.
“Saya masih kuat ya malah Sita yang lemas banget. Terus dibilang saya tifus ya harus dirawat. Nah kakak aku yg di Austria itu mendesak aku untuk tes Covid-19, saya masih pikir ah masa sih."
"Sampai akhirnya aku naik ambulans dibawa ke RSPI Sulianti Saroso sampai kaya aduh gila deh ini hidup ku bakal kayak apa. Sampai disana Minggu pagi kami diisolasi di ruang masing-masing. Mungkin saya memang sakit tapi daya tahan tubuh sudah naik,” katanya.
Terakhir, Ratri Anindyajati anak dari Maria dan merupakan kakak Sita bercerita bahwa dirinya memang tidak tinggal bersama ibu dan adiknya, melainkan sedang pergi berlibur ke Indonesia ketika wabah Covid-19 ini menyerang keluarganya.
“Saya kan sebenernya gak tinggal di sini, pekerjaan saya membawa saya touring dan ikut konferensi internasional. Nah kebetulan awal Januari 2020, saya dua pekan ikut konferensi internasional di New York, tiga hari terakhir di sana saya demam sampai 39 derajat dibawa ke dokter, terus saya bilang saya mau terbang ke Austria karena saya akan melanjutkan hidup disana,” ucap Ratri.
Lanjut Ratri, dokter tersebut mengatakan padanya bahwa demamnya akan turun dan ia pun bisa melakukan perjalanan ke Wina, Austria.
“Dokter bilang gak apa demam saya akan turun dan memang benar demam saya turun, saya naik pesawat gak apa. Sampai di Wina saya cek ke dokter saya dan dia bilang saya radang tenggorokan, saya dikasih antibitok dan saya pun sembuh total,” tuturnya.
Sebulan berlalu, Ratri pun terbang ke Indonesia dan mendarat di Jakarta pada tanggal 13 Februari 2020 silam. Selang dua hari tiba di Jakarta, ia pun berjumpa dengan Sita.
“Tanggal 16 Februari 2020 saya tiba-tiba drop lemas banget harus tidur, barengan nih sama Sita bahkan duduk saja malas sampai tidur-tiduran. Saya gak meriang sih hanya merasa badan hangat saja sedikit,” ucap Ratri.
• Wali Kota Bekasi Rahmat Effendi Jelaskan Awal Mula Warganya Terinfeksi Virus Corona
• 208 Warganya Terpapar Covid-19, Anies Baswdan Akui Jakarta Epicenter Corona
• Perjuangan Petugas Medis RSPI Sulianti Saroso Diungkap 3 Pasien Sembuh Corona, Ini Ceritanya
Singkat cerita, tanggal 2 Februari 2020 ia pun mendapat kabar buruk bahwa ibu dan adiknya dinyatakan positif corona.
“Tanggal 2 saya dengar Sita sama ibu positif corona dan siangnya saya langsung menjalani tes juga. Kalo perkiraan saya juga gitu badan saya memang sudah 1,5 minggu sudah merangi virusnya, makanya ada demam sedikit tapi karena daya tahan tubuh saya lagi kuat ya gak ada kelanjutan gejala apa-apa,” imbuhnya.
Selama menjalani masa isolasi, Ratri berujar dirinya pun dalam keadaan sehat. Hanya keluhan dahak saja yang dirasakannya dan tak ada jarum infus yang menancap di tangannya seperti ibu dan adiknya.