Laporan Wartawan TribunJakarta.com, Gerald Leonardo Agustino
TRIBUNJAKARTA.COM, KOJA - Penurunan drastis stok darah di PMI Jakarta Utara terus terjadi di tengah pandemi corona atau COVID-19.
Hal ini disinyalir terjadi lantaran warga yang takut keluar rumah untuk mendonorkan darahnya dan ketidakpahaman warga bahwa corona tidak dapat menyebar melalui donor darah.
Dampak terburuk dari terus berkurangnya stok darah ini pun dibeberkan Kepala Unit Transfusi Darah PMI Jakarta Utara dr. Ulfa Suryani.
Ulfa mengatakan, dampak pertama akan sangat dirasakan pasien-pasien pengidap thalasemia atau penderita anemia berat.
Pengobatan pasien thalasemia, kata Ulfa, akan sangat bergantung pada stok darah.
"Pasien-pasien thalasemia yang memang pengobatannya bergantung pada darah, itu tidak akan tertangani. Kemudian ya kematian akan meningkat," kata Ulfa saat dikonfirmasi TribunJakarta.com, Rabu (25/3/2020).
Menipisnya stok darah juga akan berdampak terhadap pasien-pasien di rumah sakit.
Selain pasien-pasien yang mengalami pendarahan, ibu hamil yang akan menjalani persalinan juga akan sangat membutuhkan darah.
"Bukan hanya kematian karena corona, tapi kematian karena pendarahan yang tidak ada stok darahnya. Karena darah tidak bisa diganti dengan obat apapun kan," ucap Ulfa.
Ulfa pun mengakui bahwa rumah sakit-rumah sakit di sekitaran Jakarta Utara terus meminta persediaan kantong darah.
Namun, kenyataannya saat ini stok darah di PMI Jakarta Utara hanya tersisa 30 kantong.
"Untuk persiapan operasi nggak bisa dilakukan karena nggak ada darah. Kalo misalnya operasi buka dada atau buka perut kan harus ada darah di situ," kata Ulfa.
"Akhirnya tertunda, dampak dari tertundanya itu banyak, kalo memang nyawanya masih bisa ditahan, tapi kalo enggak gimana?," imbuh dia.
Ia pun mengimbau agar masyarakat yang sehat tidak perlu takut untuk datang ke PMI Jakarta Utara untuk mendonorkan darah mereka.