Virus Corona di Indonesia

35 Persen Pedagang Mie dan Bakso di Tangsel Tutup saat Pandemi Covid-19

Penulis: Jaisy Rahman Tohir
Editor: Muhammad Zulfikar
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Virus Corona

Laporan Wartawan TribunJakarta.com, Jaisy Rahman Tohir

TRIBUNJAKARTA.COM, CIPUTAT - "Hidup segan mati tak mau," pribahasa itu mungkin sesuai dengan kondisi pedagang mie dan baso di Tangerang Selatan (Tangsel).

Paguyuban Pedagang Mie dan Bakso (Papmiso) mencatat, ada sekitar 2.000 pedagang mie dan bakso di Tangsel.

Sutrisno, Ketua Papmiso di Tangsel, mengatakan, 35 persen dari pedagang yang masuk dalam usaha mikro kecil dan menengah (UMKM) harus menutup dagangannya.

"Ya karena memang pada tidak keluar, pada tidak jajan. Pembelinya berkurang," ujar Sitrusno saat dihubungi TribunJakarta.com, Rabu (15/4/2020).

Menurunnya jumlah pembeli menjadi alasan utama.

Imbauan agar di rumah saja, dan physical distancing membuat pelanggan enggan membeli makanan yang sudah karib dengan masyarakat Indonesia itu.

Cerita Agus, Buat Tempe Organik dari Kacang Koro Organik, Omset Capai Rp 15 Juta Perbulan

Olah TKP Sedan Tabrak 6 Pekerja di Tol JORR Gunakan TAA

Sutrisno mengatakan, 65 persen sisanya yang masih berdagang pun tak banyak meraup untung.

Mereka hanya berusaha memutar roda ekonomi keluarga untuk kehidupan sehari-hari.

Tak ada yang bisa ditabung. Hasil penjualan hanya untuk biaya makan.

"Yang tutup paling 35%, yang buka 65%. Tapi ya itu tadi, cuma sekedar menghidupi ini saja, kalau keuntungan tidak banyak berharap. Kalau nutup kan kita enggak ada pemasukan," ujarnya.

Padahal, bahan dasar dagangan mereka tidak melonjak naik.

Namun hukum ekonomi tak bisa dilanggar. Tak ada pasar, maka tak ada keuntungan.

"Kalau bahan pokok sih Alhamdulillah tercukupi, malah ada yang turun, ayam kan turun jauh, daging masih di atas. Cabai malah turun," ujarnya.

Berita Terkini