Virus Corona di Indonesia

Masih Ada Ratusan WNA Jemaah Tablig yang Diisolasi dalam Masjid Al Muttaqien Sunter Agung

Penulis: Gerald Leonardo Agustino
Editor: Erik Sinaga
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Suasana di Masjid Al Muttaqien, Sunter Agung, Tanjung Priok, Jakarta Utara, Minggu (19/4/2020).

Laporan Wartawan TribunJakarta.com, Gerald Leonardo Agustino

TRIBUNJAKARTA.COM, TANJUNG PRIOK - Ratusan warga negara asing (WNA) yang merupakan jemaah tablig tengah menjalani masa isolasi terkait Covid-19 di Masjid Al Muttaqien, RT 24/RW 01 Sunter Agung, Tanjung Priok, Jakarta Utara.

Belakangan, Masjid Al Muttaqien dijadikan sebagai suatu pusat singgah bagi para jemaah tablig yang berasal dari berbagai negara.

Ketua RT 24/RW 01 Sunter Agung, Suparjiono mengatakan, saat ini masih ada 266 WNA yang diisolasi di masjid tersebut.

Ratusan WNA yang masih tersisa itu berasal dari beberapa negara, seperti India dan Bangladesh.

"Total yang ada di Masjid Al Muttaqien yaitu 266 orang per hari ini. Itu di luar WNI," kata Suparjiono saat ditemui TribunJakarta.com di lingkungan RT 24/RW 01 Sunter Agung, Minggu (19/4/2020).

Dijelaskan Suparjiono, ratusan WNA itu datang ke Indonesia sejak beberapa bulan lalu.

Para jemaah tablig ini datang dalam rangka menyiarkan agama Islam di Nusantara dalam jangka waktu berbulan-bulan.

Ketika wabah Covid-19 mulai merebak, sekitar bulan Februari 2020 lalu pengurus Masjid Al Muttaqien mulai menghubungi para jemaah agar tidak lagi berkeliling ke kota-kota.

Mereka diimbau segera datang ke masjid itu untuk mengisolasi diri, apalagi setelah adanya penolakan terhadap jemaah tablig di beberapa kota.

"Awalnya itu ada 400-an, sejak Februari. Setelah itu di-sounding agar mereka ke markas sini (Masjid Al Muttaqien), karena sempat ada penolakan di kota-kota lain," jelas Suparjiono.

Dari jumlah sekitar 400-an orang itu, sebagian di antaranya sudah dipulangkan, sementara 266 sisanya, kata Suparjiono, masih berada di dalam masjid.

Selama isolasi, ratusan WNA jemaah tablig ini tak diperkenankan keluar dari lingkungan masjid.

Mereka bisa tidur di dalam masjid dan mendapatkan bahan makanan yang terus disuplai pengurus masjid itu.

"Jadi untuk makan dan sebagainya itu ada jemaah khidmat, kebetulan saat ini ada 20 orang warga Papua di masjid itu," jelas Suparjiono.

Halaman
12

Berita Terkini