Laporan Wartawan TribunJakarta.com, Nur Indah Farrah Audina
TRIBUNJAKARTA.COM, CIPAYUNG - Hanya bekerja sebagai buruh cuci ditengah pandemi Covid-19, keempat anak Sumarni Nisin (39) jarang jajan dan makan seadanya.
Ditengah wabah Covid-19, banyak cerita pilu yang datang dari sejumlah warga. Terutama mereka yang memiliki penghasilan menengah ke bawah.
Kendati demikian, apapun yang terjadi, semua harus disyukuri dan dijalani dengan lapang dada.
Begitu juga dengan kondisi Sumarni saat ini. Sejak wabah Covid-19, ibu empat anak ini hanya bisa pasrah dan terus berusaha.
Apalagi, selama ini ia merangkap sekaligus sebagai ayah akibat suaminya pergi meninggalkannya.
• Pemkot Bekasi Buka Pendataan Penerima Bansos Covid-19 Hingga 30 April 2020, Begini Cara Daftarnya
"Ya gimana, semuanya juga sudah. Jadi disyukurin aja. Kalau makan ketemunya itu, ya itu yang dimakan. Yang penting anak-anak saya pada bisa makan, enggak sampai kelaparan," katanya kepada TribunJakarta.com, Rabu (22/4/2020).
Tanpa mengeluh, Sumarni mulai mengatur pengeluarannya untuk kebutuhan rumah dan kebutuhan empat anaknya, Fungki (18), Lada (14), Fitri (12) dan Devanda (5).
"Sekarang gaji saya sebulan Rp 1,5 juta. Anak sudah pada besar. Makanya berusaha dicukup-cukupi tiap bulannya," lanjutnya.
"Apalagi ditengah wabah begini, beberapa kebutuhan dapur juga mendadak naik. Untungnya anak-anak semuanya prihatin. Jadi saya kasih uang jajan berapapun terima. Kalau saya enggak kasih berarti mereka tahu saya enggak ada uang," lanjutnya.
Sementara untuk makan, tak jarang Sumarni mengandalkan lauk dari rumah majikannya.
"Kalau makanan kadang dapat. Jadi pas pulang kerja bawa makanan dari tempat kerja. Cuma kalau enggak ada ya makan aja apa yang ada. Kalau uangnya cuma cukup beli telur ya pada makan telur aja," katanya.
"Habis mau minta saudara juga mereka kan terdampak, pasti juga sama. Jadi anak saya sudah terbiasa makan apa yang ada," ungkapnya.
Jarang berikan uang jajan sejak virus corona
Keadaan ini dirasanya semakin memilukan. Tak jarang anak-anaknya tak ia berikan uang jajan walaupun sekedar Rp 2 ribu.
"Anak-anak saya sejak wabah ini ya suka enggak jajan. Sekarang gini saya punya uang misalnya sisa Rp 50 ribu, pasti saya belikan bahan-bahan untuk mereka makan ketimbang jajan," jelasnya.
• Diduga Pernah Kontak Fisik dengan Tahanan Positif Corona, Pegawai Kejari Jaksel Jalani Rapid Test
Mulanya anak-anak Sumarni sempat merajuk terutama si bungsu Devanda. Tetapi hingga saat ini semuanya sudah terbiasa.
"Alhamdulillah sekarang sudaj pada ngerti. Jadi kalau emang enggak pada minta. Alhamdulillahnya saudara saya di sini juga suka bagi untuk sekedar jajan," katanya.
"Istilahnya saya keterlaluanlah kalau sampai enggak bersyukur. Sebab kondisi saya seperti ini jauh lebih baik dari beberapa cerita yang saya baca di berita," jelasnya.
Single parents
Meskipun merangkap sebagai ayah, tak banyak orang yang tahu bila Sumarni sudah dua kali menikah.
Kedua pernikahannya pun berakhir serupa, yakni ditinggalkan suami tanpa dinafkahi.
"Dari pernikahan pertama ia dikaruniai tiga orang anak dan pernikahan kedua, ia dikaruniai satu orang anak," katanya kepada TribunJakarta.com, Rabu (22/4/2020).
Mulanya, pernikahan pertamanya dengan Irfan berjalan biasa saja. Kala itu, Sumarni hanya menjadi Ibu Rumah Tangga (IRT) sementara Irfan bekerja sebagai tukang potong ayam.
Meskipun kerap berbeda pendapat, Sumarni merasa itu adalah hal yang wajar dalam bahtera rumah tangga.
Namun, tepat di tahun 2006, sikap Irfan mulai berubah dan disusul dengan bangkrutnya usaha potong ayam akibat wabah flu burung.
"Irfan terlilit utang hingga tak sanggup bayar kredit motor. Terus dari situ dia pergi, tapi saya tak bertanggung jawab sama utangnya. Sebab kondisi saya saat itu baru banget melahirkan Lada sekira 10 hari," lanjutnya.
Kala itu, Sumarni bukan tak ingin mencari suaminya, hanya saja kondisinya yang baru beberapa hari melahirkan tak mungkin membuatnya berjalan jauh.
• Buaya Peliharaan Almarhum Suami Dievakuasi Petugas, Saryanah Sedih Merasa Tak Bisa Jaga Amanat
Akhirnya, sebulan kemudian Sumarni mencari keberadaan suaminya.
"Saya pergi cari dia, berangkat dari rumah Ibu saya di Cipayung ke rumah mertua. Wah sudah kemana-mana waktu itu tapi enggak ketemu Irfan dimana keberadaannya," katanya.
Ditinggal tanpa kabar dan tak dinafkahi, membuat Sumarni bekerja sebagai buruh cuci gosok di rumah tetangganya.
Meskipun fisiknya belum pulih betul pascamalahirkan, ia tetap berjuang agar anaknya bisa makan.
"Akhirnya saya kerja jadi cuci gosok untuk pertama kalinya. Saya enggak malu atau apa. Karena Irfan pergi dikala anak kedua baru lahir dan yang besar mau masuk TK. Saya banting tulang sendiri sambil tetap cari bapaknya anak-anak," jelasnya.
"Alhamdulillah mertua saya masih baik dan perlu sama cucunya. Dia masih suka datang ke rumah ibu saya buat kasih uang dan sembako. Sebab kan saya tinggal di sini sama orang tua saya," lanjutnya.
Sekira hampir dua tahun, Sumarni mendapatkan kabar baik tentang keberadaan Irfan.
"Menurut pengakuan temannya, dia ada di Cibinong dan kerja proyek bangunan. Jadi pindah-pindah ikutin bosnya," ujar Sumarni.
Setelah pergi ke alamat yang dituju, akhirnya Sumarni menemukan Irfan.
"Di situ komunikasi soal hubungan dan keadaan anak-anak. Akhirnya dia datang ke rumah orang tua saya jemput saya dan anak-anak buat tinggal sama dia di Bogor," katanya.
Mulanya, Irfan menunjukkan sikap perubahan. Namun lambat laun ia kembali ke sifatnya yang dulu.
Sumarni dan dua anaknya mulai sering ditinggal dikontrakan. Sementara kondisi dirinya sedang mengandung anak ketiga.
"Rupanya pas saya ikut dia, mulai begitu lagi. Suka ditinggal-tinggal. Paling lama sampai dua bulan baru pulang. Saya enggak punya HP, mau telepon juga enggak bisa," katanya.
Akhirnya, keadaan seperti ini sampai ke telinga pemilik kontrakan.
"Pakai telepon yang punya kontrakan, dia hubungi keluarga saya di rumah buat jemput saya sama Fungki dan Lada," jelasnya.
"Bu, tolong dijemput anaknya. Kasian ini cuma bertiga aja di kontrakan. Lakinya (suaminya) enggak pulang-pulang," kata Sumarni menirukan suara pemilik kontakan.
"Mulai dari situ saya benar-benar sudah melepaskan Irfan. Anak-anak saya yang urusin sendiri. Pas mertua masih hidup, dia suka titip uang dan sembako. Tapi selebihnya saya yang lanjut kerja jadi buruh cuci gosok," katanya.
Selanjutnya pada tahun 2014, ia menikah dengan Billy yang bekerja sebagai petugas keamanan.
Sayangnya, ketika kontrak kerja Billy usai ia memutuskan untuk mengikuti bosnya untuk bekerja di Manado dan kemudian tak ada kabar lagi hingga saat ini.
"Dari Billy saya punya anak, Devanda. Jadi kalau dia ditinggal pas masih di dalam kandungan dan enggak pernah tahu bapaknya kayak apa. Ya tapi memang sudah jalan hidup saya, jadi saya ikhlas. Alhamdulillah sejauh ini masih bertahan demi anak-anak biarpun lagi wabah begini mengandalkan makanan dari bos maupun bantuan saudara pas lagi enggak ada uang," jelasnya.
Saat ini, Sumarni hanya berharap agar wabah Covid-19 segera berlalu dan ia bisa menyekolahkan anak-anaknya hingga perguruan tinggi.