Menanti Mobil Lewat Berharap Bantuan
Tak jauh dari gedung Istana Negara nan megah, sekumpulan penyandang masalah kesejahteraan sosial (PMKS) sedang duduk di pinggir jalan raya Medan Merdeka Barat, Jakarta Pusat.
Sarminah, Arni, Lia, dan Narsih yang sedang menggendong anaknya, duduk di bangku di trotoar jalan saat senja hari.
Keempat perempuan bermasker itu melihat mobil ataupun motor yang melintas di jalan raya tersebut.
Dari kejauhan, ada mobil yang menepi, mereka sudah bersiap-siap untuk menghampiri.
Sayang, mobil yang menepi itu bukan penderma. Sebab, jendela pada mobil itu terus ditutup hingga pergi tancap gas meninggalkan mereka.
Salah satu dari mereka menduga kendaraan itu merupakan taksi daring.
Sarminah (54), yang duduk di sebelah Arni, mengaku sehari-hari mencari nafkah sebagai pedagang mainan.
Di situasi sulit ini, Sarminah tidak bisa mencari rezeki. Penghasilan sehari-hari pun tak ada. Ia sudah menunggak kontrakan selama dua bulan.
Menunggu kedatangan penderma di jalan raya menjadi aktivitas sehari-hari selama masa pembatasan sosial berskala besar (PSBB) sekaligus bulan suci Ramadan ini.
Sarminah menolak disebut sebagai pengemis, ia hanya mengambil bila dikasih.
"Saya duduk-duduk aja di sini. Kalau ada mobil ngasih (beri) sembako saya ambil. Kita kan enggak minta," ungkap perempuan asal Purwodadi, Jawa Tengah itu kepada TribunJakarta.com pada Minggu (27/4/2020).
Sementara Arni (50), senasib dengan Sarminah. Perempuan penjual botol air mineral ini juga belum membayar kontrakan selama dua bulan di kawasan Tanah Abang.
Ia sengaja menepi di pinggir jalan untuk mengharapkan derma dari kendaraan yang melintas.
Namun, belum tentu setiap hari mereka mendapatkan derma berupa sembako, nasi boks ataupun uang.