Dalam sebuah pernyataan yang menyertai video tersebut, para peneliti mengatakan:
"Hasil awal menunjukkan bahwa partikel aerosol yang membawa virus dapat tetap berada di udara lebih lama dari yang diperkirakan, sehingga penting untuk menghindari ruang publik yang sibuk di dalam ruangan."
"Ini juga mengurangi risiko infeksi droplet, yang tetap menjadi jalur utama penularan virus corona."
Studi ini dilakukan oleh para ilmuwan dari Universitas Aalto Finlandia, Institut Meteorologi Finlandia, Pusat Penelitian Teknis VTT Finlandia, dan Universitas Finlandia.
Para ahli meneliti bagaimana partikel aerosol udara kecil diangkut di udara ketika dipancarkan dari saluran pernapasan ketika bersin, batuk atau bahkan berbicara.
Dalam situasi yang sedang diselidiki, awan aerosol yang mengandung droplet covid-19 menyebar di luar sekitar orang yang batuk.
"Partikel yang sangat kecil dengan ukuran ini tidak tenggelam di lantai, tetapi sebaliknya, bergerak mengikuti arus udara atau tetap mengambang di tempat yang sama."
Profesor Vuorinen juga mengatakan: "Seseorang yang terinfeksi oleh virus corona dapat batuk dan pergi, tetapi kemudian meninggalkan partikel aerosol yang sangat kecil yang membawa virus corona."
"Partikel-partikel ini kemudian bisa berakhir di saluran pernapasan orang lain di sekitarnya," pungkasnya.
Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mengonfirmasi adanya bukti virus corona bisa menular lewat udara atau airbone.
Hal ini diungkapkan WHO setelah menerima surat dari para ilmuwan yang meyakini virus corona bisa menular melalui airbone.
Pada Senin (6/7/2020), 239 ilmuwan dari 32 negara berbeda menjabarkan bukti yang menunjukkan partikel virus yang lebih kecil bisa menginfeksi manusia dalam surat terbuka untuk WHO.
Mereka mengimbau WHO untuk merevisi klaim penularan Covid-19 via droplet.
Rencananya para pakar atau ilmuwan ini akan menerbitkan bukti airbone dalam jurnal ilmiah minggu depan.