Laporan wartawan TribunJakarta.com, Pebby Adhe Liana
TRIBUNJAKARTA.COM, JAKARTA - Diet seringkali dianggap sebagai tindakan sekedar mengurangi asupan makan saja.
Padahal, diet yang dibutuhkan oleh setiap orang belum tentu sama. Perlu disesuaikan dengan kondisi dan kebutuhan dari masing-masing orang.
Tak heran, banyak orang gagal mencapai berat badan yang dinginkan meskipun sudah diet yang ketat.
"Kalau penurunan berat badan, paling bagus harus punya program. Jadi diprogram, yang cocok sih tanya ke dokter. Jadi diprogram pola dietnya dan pola olahraganya. Supaya gak ada komplikasi," kata Dokter Spesialis Penyakit Dalam, Konsultan Endokrin, dan Metabolik Diabetes dari Rumah Sakit Eka Hospital, Indra Wijaya, Selasa (4/8/2020).
Idealnya, diet dilakukan secara bertahap dengan konsultasi terhadap dokter sesuai dengan apa yang dibutuhkan.
Misalnya berapa jumlah asupan kalori yang harus masuk ke dalam tubuh, serta bagaimana kondisi fisik orang tersebut.
Orang dengan kondisi tertentu, tentu tidak boleh sembarangan membatasi asupan yang masuk.
Diet dengan cara yang tidak tepat, akan menyulitkan seseorang untuk mencapai berat badan yang diinginkan atau ideal.
Untuk mengetahui apakah berat badanmu sudah proposional atau belum, hitunglah dengan menggunakan indeks massa tubuh.
• Presiden Joko Widodo Jenguk Cucu Keempat di RS YPK Mandiri Menteng Jakarta Pusat
• Setiap Dua Pekan, Enam Sekolah Role Model Belajar Tatap Muka Bakal Dievaluasi
Melalui cara ini, seseorang akan mengetahui apakah berat badannya sudah normal, berlebihan, atau bahkan kekurangan.
"Indeks massa tubuh adalah berat badan dibagi tinggi badan kuadrat. Yang normal adalah 18,5 sampai 22,9. Kalau dibawah itu underweight, atau kekurangan. Diatas itu masuk overweight. Silakan hitung masuk katagori mana," katanya.
Selain itu, ia juga menyebutkan agar sebaiknya makanan yang dikonsumsi tidak hanya sebatas satu atau dua macam nutrisi saja.
Meskipun diet, asupan yang masuk ke dalam tubuh harus tetap bergizi seimbang. Diantaranya terdiri dari karbohidrat, protein, juga serat dari buah dan sayur.
"Jadi yang kita makan jangan selalu fanatik sama satu atau dua nutrisi. Artinya jangan terpaku karbo, makan karbo sehari. Memang banyak yang berhasil tapi banyak efek sampingnya. Jadi kita kombinasi ada karbohidrat, ada protein, dan ada serat," papar dia.
"Kemudian kedua olahraganya. Karena apapun juga tubuh kita selalu ada istilahnya input dan output kalori. Kalau olahraga masuknya output kalori. Diet di input kalori. Kita makan sama minum harus dibakar (kalori). Kalau nggak akan numpuk dibadan. Itulah yang kemudian bisa menjadi obesitas," tuturnya.