Kisah Pilu Wanita Gangguan Jiwa Diperkosa di Depan Anak & Hamil, Diduga Akan Dijadikan Kurir Narkoba

Penulis: Kurniawati Hasjanah
Editor: Siti Nawiroh
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

ILUSTRASI - Wanita Gangguan Jiwa Diperkosa di Depan Anak

TRIBUNJAKARTA.COM - Sosok IN (35), orang dengan gangguan jiwa (ODGJ) menjadi korban pemerkosaan bergantian di depan anaknya hingga hamil dan melahirkan.

Sekretaris Dinas Sosial Nunukan Yaksi Belaning Pratiwi menuturkan kondisi pilu yang dialami IN.

"Dia kejiwaannya terganggu, dia juga korban asusila dari sejumlah orang yang tega memanfaatkan kondisinya, sampai hamil mereka buat, kasihan," tegas Yaksin.

TONTON JUGA:

IN bisa diajak berkomunikasi ketika memeluk bayi laki-laki yakni anak keduanya yang ia lahirkan 1 Juni 2020 kemarin.

Akui Diam-diam Masih Kepoin Ariel Noah, Luna Maya: Kadang-kadang Instagram Bisa Kepencet

Sebelumnya IN selalu membawa putrinya VR (6).

Keduanya tidak pernah terpisahkan dan si anak juga tidak pernah menjauh sedikit pun dari sang ibu.

FOLLOW JUGA:

Meski demikian, ketika tak memegang bayinya, ia akan menceracau tidak karuan dan memarahi orang tanpa sebab, ia bisa saja berteriak-teriak dan meminta jangan ada yang mendekatinya dan anaknya.

"Mungkin karena trauma dan tertekan dengan kondisinya, menurut dokter kejiwaan memang dia paranoid juga," ujar Yaksi dilansir dari Kompas.

Punya Sederet Koleksi Mobil Mewah, Berapa Jumlah Kekayaan Nadiem Makarim?

Diduga akan dijadikan kurir narkoba

Diceritakan Yaksi. IN pertama kali ditemukan Dinas Sosial ketika berada di sebuah perahu kayu bekas di pinggir pantai jalan Lingkar Nunukan Selatan.

Saat itu IN selalu memegang tangan anaknya dan membawa tas kecil.

Dalam tas tersebut terdapat banyak nomor ponsel orang yang diduga adalah pemain narkoba.

Hal ini juga sempat menjadi penelusuran pihak kepolisian yang diminta Dinsos Nunukan mengawal evakuasi IN dari perahu bekas tersebut.

Ardi Bakrie Kerja dari Rumah, Nia Ramadhani Sampai Buat Ruangan Khusus untuk Ini: Aku Pusing

"Menurut polisi, IN ini kemungkinan akan dijadikan kurir narkoba, dan tidak menutup kemungkinan otaknya terganggu akibat narkoba juga," papar Yaksi.

Dinas Sosial telah berupaya menelusuri keluarga IN di Pinrang Sulawesi Selatan. Mereka menemukan nenek IN yang sudah sepuh yang butuh perawatan.

Upaya memulangkan IN juga sudah dilakukan dua kali.

Kendati demikian, IN sering mengamuk dan melompat dari mobil sehingga mau tidak mau, petugas sosial membiarkan IN dan anaknya menempati RPTC.

"Kalau dipulangkan dia harus merawat neneknya, tidak mungkin dengan kondisi demikian pastinya, kita pulangkan dia mengamuk, bagaimana nanti di kapal lepas saat petugas kita lengah, terlalu berisiko, jadi kita biarkan di RPTC, entah sampai kapan, dia sudah lebih enam bulan di situ," ujar Yaksin.

Lihat Putra Nia Ramadhani Joget Sambil Dengarkan Lagu Dangdut, Asisten Kaget: Belajar dari Siapa?

Disetubuhi di depan anak

Yaksin menceritakan, IN memiliki paranoid akut sehingga akan lepas kendali ketika sang anak jauh darinya.

Ilustrasi (KOMPAS.COM)

Meski tidak pernah jauh dari anak, orang-orang yang tega memanfaatkan IN sebagai pelampiasan nafsu tidak peduli akan hal tersebut.

"Dan perbuatan itu dilakukan dengan disaksikan anaknya, itu sangat mengerikan, sang anak kami tanya juga bercerita apa yang dilihatnya, ada banyak yang melakukan itu disaksikan si anak, ini menjadi bahan pemikiran kami," tegas Yaksin.

IN selama ini tidur di eks bangunan imigrasi lama yang usang dan tidak terpakai.

Tak Pernah Tukeran Instagram dengan Atta Halilintar, Aurel Cerita Takut Sakit Hati: Mending Gak Tau

Terkadang ia akan berjalan kaki menuntun anaknya untuk bermain-main ke pantai dan beristirahat di kapal-kapal kayu rusak yang tidak lagi digunakan pemiliknya.

‘’Jadi di dua lokasi itu dia dipaksa melayani orang orang jahat hidung belang, dalam kondisi anak di situ juga. Kami ambil dia saat sudah hamil dan kami tempatkan di RPTC, kami hanya jamin makannya," ujar Yaksin.

Saat usia kandungan IN sudah 9 bulan, IN mengaku tidak merasakan sakit apapun.

Meski petugas Dinas Sosial semakin intens memeriksa kondisinya, ia tak mau mengaku kalau sudah saatnya melahirkan.

Kondisi IN diketahui dari VR yang menceritakan tubuh ibunya penuh air, yang ternyata ketubannya sudah pecah.

"Kita segera larikan ke puskesmas, dan dirujuk ke RSUD, kita buatkan BPJS dan juga akte lahir, datanya kita isi dari hasil asessment saja, ini darurat dan demi kemanusiaan," tegas Yaksin.

Ledakan di Beirut Lebanon Ada Ribuan Amonimum Nitrat: Guncangan Setara 3,3 Magnitudo

Dinsos kesulitan mengatasi IN dan kedua anaknya

Masalah VR yang butuh penanganan khusus karena sering melihat adegan tak sepantasnya dilihat dan bayi yang belum genap berusia 3 bulan menjadikan Dinas Sosial Nunukan kebingungan.

Mau ambil si anak VR untuk dididik di panti asuhan agar memiliki masa depan, mereka takut akan reaksi IN.

Sebab, menurut Yaksi, IN tak segan melukai diri sendiri dan lepas kendali saat jauh dari anak.

FOLLOW JUGA:

"Ini simalakama, kalau kita ambil anaknya untuk dititipkan ke panti dia ngamuk, dan tentu ada anggapan terutama LSM yang mempertanyakan kenapa kita tega memisahkan anak dari orangtuanya, kalau kita biarkan terus sama ibunya, bagaimana masa depan anak itu, bagaimana kondisi kejiwaannya dengan semua peristiwa yang dia alami?" papar Yaksin.

Sejauh ini Dinas Sosial hanya bisa menanggung makanan dan susu si bayi.

Bayi malang tersebut tidak pernah merasakan air susu ibu (ASI).

Petugas Dinsos selama ini banyak mengurus si jabang bayi baik urusan mandi dan terkadang membuatkan susu hangat juga keperluan lainnya.

RPTC tidak layak dan anggaran nihil untuk Dinas Sosial

Kabupaten Nunukan yang tengah mengalami defisit anggaran tidak mengalokasikan dana bagi RPTC selain konsumsi. Hal ini membuat penanganan bagi sekitar 7 orang terlantar dan ODGJ yang ditempatkan di gedung ini tidak maksimal.

‘’Kita tidak ada anggaran untuk mengurusi orang terlantar atau ODGJ, sesuai namanya saja karena kita Dinas Sosial, jadi lebih ke bekerja sosial,’’katanya.

Persoalan lain adalah gedung RPTC yang jauh dari kata layak.

Seharusnya RPTC adalah rumah aman bagi orang dengan masalah yang membutuhkan pendampingan khusus, ada klinik dan security, yang terjadi adalah, gedung RPTC Nunukan rusak parah di banyak bagian.

Tidak ada pintu, tidak ada penjaga atau klinik, laki laki dan perempuan dicampur begitu saja, sehingga dikhawatirkan akan muncul masalah baru, terutama masalah asusila dan pedofilia.

‘’Gedung itu masih aset Pemprov Kalimantan Timur, itu kenapa tidak ada perawatan, rusak parah memang, dan bisa dikatakan itu hanya sekedar tempat berteduh,’’kata Yaksi.

(tribunjakarta/kompas)

Berita Terkini