TRIBUNJAKARTA.COM - Akademisi Rocky Gerung menanggapi pernyataan Menteri Koordinator Politik Hukum dan Keamanan (Menkopolhukam) Mahfud MD yang merepons deklarasi Negara Papua Barat oleh Pemimpin United Liberation Movement for West Papua (ULMWP) Benny Wenda.
Rocky Gerung mengingatkan agar Mahfud MD belajar dari konflik di Hong Kong dan Arab Spring.
Hal ini diungkapkan Rocky Gerung dilansir dari vlognya pada Jumat (4/12).
TONTON JUGA:
Ketika itu Hersubeno Arief mempertanyakan pendapat Rocky Gerung terkait perkataan Mahfud MD yang menyebut Benny Wenda membuat negara ilusi dan tindakan Benny Wenda dinilai termausk kategori makar.
"Kalau melihat pernyataaan Pak Mahfud itu gak perlu serius banget, itu hanya negara Twitter. Twitter country itu menurut Mahfud, jadi gak perlu ada pasukan. Apa pendapatnya?" tanya Hersubeno Arief.
Baca juga: Fadli Zon Dikabarkan Gantikan Edhy Prabowo, Rocky Gerung: Luhut Pasti Tak Akan Bisa Mengendalikannya
"Itu standar bahasa Istana yang menyiratkan dikendalikan suasananya, tetapi di belakang Mahfud itu berjejer panglima, polisi dan segala macam. Jadi ini sebenarnya masalah serius walaupun Mahfud menganggap masalah Twitter aja," aku Rocky Gerung.
Lebih lanjut, Rocky Gerung meminta agar Mahfud MD belajar dari penyebab konflik Hong Kong dan Arab Spring.
FOLLOW JUGA:
"Pak Mahfud gak pernah belajar dari politik dunia bahwa Arab Spring itu dimulai dari Twitter, Amerika dan Hong Kong juga begitu. Jadi jangan menganggap remeh sesuatu yang bersifat online."
"Dunia itu berubah dengan memanfaatkan hal yang dianggap remeh," terang Rocky Gerung.
Baca juga: Sindiran Menohok Shireen ketika Zaskia Kepergok Pakai Kaus Kaki Bolong, Padahal Penghasilan Rp 2 M
Rocky Gerung kemudian menyoroti adanya revolusi Nikaragua, yang mengandalkan teknologi ketika itu.
"Itu gerilyawan hanya butuh satelit, dengan handphone satelit dan diupload perkembangannya ke server UCLE. Lalu ada produser di LA yang mengolahnya hingga jatuhlah pemerintahan saat itu. Jadi sebetulnya yang terjadi itu harus disikapi dengan serius."
"Jadi diplomasi kita gagal membaca berlapis-berlapis jalan pikiran dunia mengenai Papua, apalagi sekarang Indonesia terjepit masalah Papua dan pemasalahan di Samudera Pasifik," beber Rocky Gerung.
Rocky menyatakan, jika memang pernyataan Benny dianggap tidak serius, mengapa Istana memberikan komentarnya.