Laporan Wartawan TribunJakarta.com, Nur Indah Farrah Audina
TRIBUNJAKARTA.COM, CIMANGGIS - Kesialan menghampiri Ilma Ferzia Handayani (22). Ia dapat bansos sekali selama Covid-19 dan 3 kali terusir dari kontrakan. Anak makan tepung goreng.
Ilma merupakan warga yang mengontrak bersama suami dan tiga anak masih kecil di Jalan Salam Persatuan RT 7 RW 1, Depok.
Anak sulungnya berusia 7 tahun, yang kedua 5 tahun dan si bungsu 2 tahun. Kondisi ini mendorong Ilma harus lebih banting tulang.
Terlebih, suaminya sudah tak bisa bekerja sebagai ojek online setelah motornya ditarik leasing karena menunggak.
Bantuan sosial atau bansos Covid-19 yang diharap-harap turun, tak kunjung didapat.
Baca juga: Suara Aneh Disusul Bau Menyengat Muncul dari Rumah Pelaku Mutilasi, Ibu Korban Pingsan Berkali-kali
Sedari awal pandemi hingga saat ini, mereka hanya pernah merasakan sekali saja mendapatkan bansos.
Bila sedang ada pekerjaan, mereka akan menggunakan uang tersebut untuk membeli beras serta lauk pauk untuk keluarga kecilnya.
"Sekarang kerjanya serabutan. Apa aja dikerjain. Kalau ada nyuruh gosok atau benerin motor, saya sama suami pasti kerjain. Demi anak-anak bisa makan," cerita Ilma, Kamis (10/12/2020).
Sayangnya, pendapatan yang serba pas-pasan membuat mereka kerap tak sanggup membayar kontrakan.
Baca juga: Setahun Saling Kenal Usai Bantu Dorong Motor, Pegawai Minimarket Berakhir Dimutilasi Manusia Silver
Baca juga: Kapan BLT Subsidi Tahap 6 Cair? Simak Alasan Bantuan Rp 1,2 Juta Belum Masuk Rekening
Baca juga: Pemuda Pinjam Alat Asah Pisau Diduga untuk Mutilasi Pegawai Minimarket, Tetangga Cium Bau Tak Enak
Sudah 3 kali dirinya diusir dari kontrakan akibat kerap menunggak.
Bahkan, baru-baru ini dirinya terancam diusir lantaran hampir menunggak lagi.
"Kemarin juga mau diusir lagi. Tapi alhamdulillah ada bantuan sedikit jadi bulan ini masih bisa bertahan. Kalau bulan depan enggak ada uang lagi, terancam diusir," jelasnya.
"Selama ini kita mulung atau apa, uangnya untuk makan. Sebab bansos enggak dapat juga yang setidaknya bisa meringankan," lanjutnya.
Tak Dapat Bansos Lagi
Di tengah pemberitaan santer korupsi dana bansos, Ilma satu dari masih banyak orang berhak yang belum sepenuhnya mendapat bansos.
"Dapat bansos sekali doang pas awal pandemi. Berikutnya sampai sekarang enggak pernah lagi," katanya.
Padahal, menurut Ilma dirinya pantas mendapatkan bansos.
"Kan itu bantuan untuk warga terdampak. Saya juga terdampak. Motor suami saya buat ngojek ditarik leasing karena memang kan pendapatan ojol enggak tentu dan menurun," jelasnya.
Tak mau terus meratapi keadaan, berbagai upaya terus dilakukan Ilma dan Asep guna keberlangsung hidup ketiga anaknya.
Setiap kali ada yang menawarkan pekerjaan, Asep selalu mengikutinya. Sementara Ilma menjadi buruh cuci gosok dadakan.
"Apa ajalah kami kerjain. Asalkan ada uang buat beli beras buat anak-anak pada makan. Anak-anak enggak adil, jadi kami mengusahakan yang penting ada beras dulu," jelasnya.
Alhasil, ketika sudah tak ada uang sepeserpun ia terpaksa menjual barang-barang yang ada di rumahnya.
Barang pertama yang dijualnya ialah ponsel miliknya dan Asep.
Disusul dengan lemari, kulkas dan kasur yang menjadi alas mereka berlima tidur serta berlindung dari dinginnya angin malam.
Uang dari semua itu sangat ILMA butuhkan. Di pikirannya, suatu saat kondisi perekonomian dirinya dan suami pulih, barang-barang itu bisa dibeli lagi.
"Tapi kan kalau perut anak enggak bisa ditunda. Jadi memang harus ikhlasin semua yang udah jadi jalannya," lanjut Ilma.
Pinjam HP tetangga untuk belajar
Sayangnya, pilihan menjual barang-barang tersebut cukup berdampak untuk masalah pendidikan anak sulungnya, Dika.
Dika yang kini duduk di bangku kelas 1 SDN 03 Pasir Gunung Selatan, sangat memerlukan handphone untuk menunjang Pelajaran Jarak Jauh atau PJJ.
Handphone yang tersisa justru yang kurang canggih dan hanya bisa sebatas mengirim pesan WhatsApp saja.
"Saya paham risikonya. Ini pun hp yang ada boleh dikasih sama orang. Jadi kalau harus buka link apa dari gurunya Dika, saya pinjam hp tetangga," katanya.
Ia bersyukur tetangga sekitar kontrakannya mau mengerti kondisinya dan tak pernah keberatan saat ia meminjam ponsel.
Termasuk saat anaknya menjalani ujian pada minggu lalu. Tetangga mengerti dan meminjamkan ponsel ke anak Ilma lumayan lama.
Kerap makan tepung goreng
Setelah semua barang-barang dijual dan masih bekerja serabutan, Ilma kerap mumutar otak setiap harinya.
Bila uang dan stok makanan di rumahnya habis, Ilma dan Asep mulai berpikir keras sampai pening.
Apalagi sebulan tetakhir ini ia tak dapat panggilan untuk cuci gosok yang biasa dikerjakannya.
Sementara uang suaminya tak menutupi karena pekerjaannya serabutan.
Akhirnya mereka terpaksa memasak tepung yang dicampurkan air dengan gula.
"Saudara saya kehidupannya juga enggak jauh beda. Jadi saya coba bertahan tanpa nambah beban pikiran mereka. Kalau enggak ada nasi, palingan anak-anak makan tepung goreng aja. Alhamdulillahnya mereka ngertiin semua," ungkapnya.
Ilma menyebut sepekan terakhir ini ketiga anak mereka harus makan dengan tepung goreng.
"Ini juga dari kemarin makannya tepung. Itu juga boleh dikasih karena saya sempat tulis di Facebook. Akhirnya ada yang bantu juga dari aparat beras 5kg," tandasnya.
Klarifikasi Dinas Sosial Depok
Kepala Dinas Sosial Kota Depok, Usman Haliyana, angkat bicara soal apa yang Ilma alami. Pihaknya telah menyambangi kediaman Ilma.
“Sudah, jadi sudah seminggu keluarga Ilma mengkonsumsi olahan tepung karena suaminya kerja sebagai ojek daring,” kata Usman dikonfirmasi terpisah.
Ia menjelaskan, keluarga Ilma sudah mendapatkan bantuan dari Gubernur Jawa Barat Ridwan Kamil sebanyak dua kali beberapa waktu lalu.
Tak hanya itu, sambung Usman, Ilma dan keluarga juga telah menerima bantuan sosial dari lumbung pangan Kelurahan Pasir Gunung Selatan.
“Sebenarnya Ilma sudah dapat bantuan Gubernur dan bantuan dari lumbung pangan,” kata Usman mengklarifikasi.
Terkini, Usman menuturkan pihaknya telah kembali menyalurkan bantuan kepada Ilma berupa susu untuk ketiga buah hatinya.
Ia berpesan bilamana ada warga yang mengalami kondisi serupa seperti Ilma, segera menghubungi pengurus lingkungan di tempatnya tinggal atau Kelurahan.
“Nantinya akan dicek, kalau memang membutuhkan dan tepat sasaran akan diberikan bantuan,” tegasnya.
DISCLAIMER: Berita ini sudah mengalami editing karena ada klarifikasi dari pihak Dinas Sosial Kota Depok