Natal dan Tahun Baru 2020

Begini Cara Pengurus dan Jemaat Gereja HKBP Kernolong Senen Jaga Toleransi dengan Warga Sekitar

Penulis: Satrio Sarwo Trengginas
Editor: Muhammad Zulfikar
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Masjid Al Istikharah dan Gereja HKBP Kernolong berdiri berdampingan selama ratusan tahun di Jalan Kramat IV, Kelurahan Kernolong, Senen, Jakarta Pusat pada Rabu (23/12/2020).

Laporan Wartawan TribunJakarta.com, Satrio Sarwo Trengginas

TRIBUNJAKARTA.COM, SENEN - Pengurus maupun jemaat Gereja Huria Kristen Batak Protestan (HKBP) Kernolong, Senen, Jakarta Pusat, hidup rukun dengan warga sekitar yang mayoritas beragama muslim.

Gereja HKBP Kernolong yang bersebelahan dengan Masjid Al Istikharah juga saling menjaga toleransi.

Pihak gereja rutin menyumbangkan kambing setiap Idul Adha dan rutin menunaikan zakat kepada pihak masjid.

Pihak masjid pun juga mengizinkan jemaat gereja untuk menggunakan lahan parkir di depan masjid.

Selain itu, pihak gereja setahun sekali menggelar pemeriksaan kesehatan gratis dan bantuan sosial bagi warga sekitar.

"Yang datang bukan orang Batak saja, ada warga dari Kramat IV, Kali Pasir dan Kwitang ke sini. Sekali acara 500 kupon bisa habis," ucapnya kepada TribunJakarta.com pada Rabu (24/12/2020).

Warga sekitar sering diberdayakan untuk membantu membetulkan bagian bangunan gereja yang rusak.

Mereka tak berkeberatan sehingga turut membantu mendapatkan penghasilan.

"Misalnya perlu bantuan perbaiki pintu, kita minta tolong warga sekitar. Kemudian mengecat tembok dan parkir kendaraan, kita berdayakan mereka," tambahnya.

Berdampingan selama 100 tahun

Permukiman Kernolong di Kelurahan Kenari, Kecamatan Senen, Jakarta Pusat adalah rumah kecil keberagaman bagi warga di sekitarnya.

Potret keberagaman dan toleransi itu bisa terlihat dari dua rumah ibadah yang berdiri berdampingan selama ratusan tahun.

Masjid Al Istikharah dan Gereja HKBP Kernolong yang berjarak sepelempar batu saja, hidup rukun di tengah perbedaan. 

Dua tempat ibadah ini berada tepat di tepi Kali Ciliwung. Bila melintas di Jalan Sekolah Seni dekat kawasan Institut Kesenian Jakarta (IKJ), terlihat dua menara megah bersimbolkan salib dan simbol berlafalkan Allah Swt saling berdiri berdampingan.

Menurut Ketua MPA Huria Kristen Batak Protestan (HKBP) Kernolong, Jimmer Hutagalung, gereja ini sudah berdiri ratusan tahun yang lalu. Belum lama ini, Gereja Kernolong merayakan ulang tahun berdirinya ke-101 tahun. Artinya, sudah berdiri sejak tahun 1919.

Jimmer mengatakan Gereja Kernolong dibangun oleh para pemuda asal Tapanuli yang merantau ke Jakarta kala itu.

"Para pemuda asal Tapanuli yang merantau ke Jakarta itu berkumpul dan mereka aktif di GKI Kwitang. Mereka yang aktif di sana mendirikan gereja ini," ungkapnya kepada TribunJakarta.com pada Rabu (24/12/2020).

Pembangunan gereja ini disetujui oleh seorang pendeta Gereformeerde Kerk Kwitang, kini GKI Kwitang, bernama Ds Tiemersma pada tahun 1919.

Sedangkan Masjid Al Istikharah, yang terletak di belakang gereja Kernolong, berdasarkan plang di depan masjid sudah berdiri sejak tahun 1913. 

Nuryaman (66) warga asli Kernolong yang dituakan sekaligus marbut masjid pertama di sana mengatakan, dulu masjid ini hanya lah sebuah langgar sederhana.

Baru kemudian langgar ini sempat dipugar menjadi sebuah musala. Pada tanggal 10 November 1986, baru dibangun menjadi masjid.

Baca juga: Fasilitas Isolasi Mandiri di Graha Wisata TMII Hampir Terisi Penuh

Baca juga: FIFA Tunda Pelaksanaan Piala Dunia U-20 2021, Bagaimana Nasib Anak Asuh Shin Tae-yong?

Baca juga: Wagub Ahmad Riza Patria Ucapkan Selamat Natal, Ingatkan Warga Tetap Disiplin 3M

Hidup rukun

Umat Gereja Kernolong juga saling menghargai hari besar umat muslim. Setiap Idul Adha, pihak gereja rutin menyumbangkan kambing ke Masjid Istikharah.

Selain itu, seperti umat muslim, mereka juga tak pernah absen menunaikan zakat.

"Selalu itu rutin kalau Idul Adha kita nyumbang kambing. Zakat pun misalnya kita rutin memberi," lanjutnya.

Nuryaman (66) juga senada dengan pendapat Jimmer. Kedua umat itu saling menghargai.

"Meski samping gereja, kita enggak pernah ribut. Kalau ada lebaran haji tuh suka ngasih kambing ke sini. Sampai kita bikinin sop, terus beras dua karung rutin tiap tahun pas Idul Fitri," tambah Nuryaman.

Saling toleransi

Selama ratusan tahun hidup berdampingan, kedua umat beragama ini tak pernah bertikai. Mereka hidup rukun saling toleransi antar umat. 

"Ya kita saling toleransi. Kami dan mereka juga akrab. Banyak yang kita kenal," ujar Jimmer.

Pihak Masjid mengizinkan halaman depan masjid untuk tempat parkir para jemaat gereja saat misa.

Begitu pun sebaliknya, pihak gereja tak berkeberatan bila menuju gereja ditutup sementara untuk salat Jumat.

Khotbah-khotbah yang disampaikan dari masjid Al Istikharah pun tak pernah menyinggung mereka.

"Ya kita menjaga toleransi itu dan mereka juga sama saja. Enggak ada juga khotbah-khotbah yang mengarah ke radikal," tambahnya.

Rumah dinas pendeta yang bersebelahan dengan masjid juga sudah berdiri sejak lama.

"Beliau juga tidak terganggu dengan suara azan. Enggak masalah," pungkasnya. (*)

Berita Terkini