Ilmu yang didapat sewaktu di kampung, ia manfaatkan dengan baik saat modalnya terkumpul.
• Tabrak Pagar dan Dua Minibus, Seorang Pria Ditemukan Meninggal dalam Mobil di Kelapa Gading
Sayangnya baru berjalan beberapa tahun, ia memutuskan untuk menjadi penjual buah-buahan.
Sementara jamunya dilanjutkan oleh sang istri, Painem (35).
Bertambahnya anak, membuat Painem turut membantu suaminya.
"Kelar jadi kuli, saya jadi penjual buah-buahan. Istri saya jual jamu gendong. Semua dilakukan demi anak-anak," jelasnya.
Naas, ia kehabisan modal dan beralih menjadi penjual kopi dengan uang seadanya.
"Cuma sekarang jadi penjual kopi keliling aja. Istri jadi kuli di laundry. Jadi sistem kerja saya gantian sama istri. Kalau istri sudah pulang dari laundry, sayanya segera berangkat. Biasanya siang baru jalan," jelasnya.
Setiap harinya, Bapak Ali berjalan dari kontrakannya di Munjul dan menyusuri sepanjang Jalan Lapangan Tembak, Kelurahan Cibubur, Ciracas, Jakarta Timur.
Dengan tongkat kayunya ia menjanjakan kopi hingga larut malam.
• Remaja Bau Kencur Terekam CCTV Coret 26 Rumah Warga Ciracas, Wakirah: Saya Mau Tanya Motifnya Apa?
Panas maupun hujan sudah tak lagi jadi masalah asalkan dua termos yang dibawanya habis.
"Sekarang kan lagi pandemi. Jadi sekarang pulangnya jauh lebih malam. Kalau belum habis saya enggak pulang. Jadi nunggu ada yang beli," jelasnya.
Bayar seikhlasnya
Meski hidupnya serba pas-pasan, ada kisah menarik dari Bapak Ali yang patut diacungi jempol.
Selama ini, Bapak Ali tak pernah mematok harga kopi yang dijualnya.
Bagi pembeli yang hendak membayar perbungkusnya Rp 3 ribu, ia akan menerimanya.