Dijuluki Masjid Kramat, Begini Penjelasan  DKM Jami An-Nur Kranji Kaum Bekasi

Penulis: Yusuf Bachtiar
Editor: Wahyu Septiana
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Suasana tampak luar dan tampak dalam Masjid Jami An-Nur Kranji Kaum, Jalan Jenderal Sudirman, Kecamatan Bekasi Barat, Kota Bekasi.

Laporan wartawan TribunJakarta.com, Yusuf Bachtiar

TRIBUNJAKARTA.COM, BEKASI BARAT - Masjid Jami An-nur Kranji Kaum, Jalan Jenderal Sudirman, Kecamatan Bekasi Barat, Kota Bekasi kerap dijuliki sebagai masjid kramat oleh warga setempat.

Ketua Dewan Kemakmuran Masjid (DKM) Jami An-Nur Kamal Fasya mengatakan, julukan masjid kramat sudah lama disematkan warga atau jemaah.

Hal ini kata dia, bukan kedudukan atau lokasi masjid berada dekat makam, tetapi lebih pada nilai historis yang menyelimuti keberadaan masjid.

"Masjid ini disebut kramat bukan karena ada makam, tapi karena masjid ini banyak menjadi tempat alim ulama berdakwa," kata Kamal, Minggu (25/4/2021).

Sejak pertama kali berdiri hingga kini, nama-nama besar ulama yang berdakwa di Masjid Jami An-Nur terus berdatangan tiap ada kesempatan.

Contohnya seperti KH Noer Ali, KH Muchtar Tabroni, Habib Ali bin Abdurrahman Al-Habsyi Kwitang, Habib Sholeh bin Abdullah Al-Attas Bekasi.

"Kita ada taklim rutinan tiap bulan, dari dulu yang mengajar para ulama-ulama besar, makanya dikenal juga masjid kramat, karena memang dihadiri orang-orang berkaromah," ucapnya.

Masjid Jami An-Nur Kranji Kaum merupakan salah satu masjid tertua di Bekasi, berdiri sejak 1916, usianya kini sudah 105 tahun atau satu abad lebih.

Berdiri di atas tanah wakaf, ide pembangunan datang dari seorang yang soleh bernama Haji Jadam bin Bodong.

Pria asal Klender, Batavia ini menikahi seorang wanita solehah asal Kranji. Dia kemudian mewakafkan sebidang tanah untuk dijadikan masjid.

"Dari situ para tokoh agama, tokoh jawara di Kranji, para dermawan, agnia sepakat bahu membahu membangun masjid," ucapnya.

Selama perjalanannya, Masjid Jami An-Nur sudah tiga kali mengalami renovasi besar-besar dan yang terakhir dilakukan pada 1994.

"Renovasi pertama kurang lebih 1970, lalu pada 1984 dilakukan renovasi kedua sehingga masjid memiliki dua lantai dan 1994 pembangunan teras hingga seperti saat ini," ucapnya.

TribunJakarta.com mencoba melihat lebih dekat Masjid Jami An-Nur, pada bagian luar tampak ornamen dinding bergaya kramik.

Halaman
12

Berita Terkini