"Kita biasa jual Rp 1 juta, kini bisa Rp 3 juta harganya, yang ukuran satu meter kubik, kalau yang besar kita biasanya nyewain cuma karena stoknya enggak ada kita enggak bisa nyewain," papar Dani.
"Permintaan banyak, barangnya enggak ada, harganyapun gila-gilaan lah," imbuhnya.
Dani mengungkapkan, sejak empat tahun lalu membuka depot, ia biasa melayani pelanggannya yang mengidap penyakit asma, kanker dan jantung.
Namun kali ini, mayoritas pembeli oksigennya adalah mereka yang terpapar Covid-19 dan sedang isolasi mandiri (isoman).
Baca juga: Krisis Ketersediaan Tabung Oksigen di Jakarta, Anies Baswedan Sampai Borong dari Tangerang
"Biasanya isoman, karena mereka kan di rumah sakit penuh, mereka bnerusaha isoman sendiri. Tapi kalau pelanggan kita yang Covid-19 ada, yang kanker, jantung ada," ujarnya.
Saat ditanya jumlah pelanggan yang datang dalam sehari, Dani bingung saking banyaknya.
Ia memperkirakan, dengan membuka 24 jam depotnya, ada 400 pelanggan dalam sehari.
"Banyak deh enggak kehitung deh, kebanyakan tabung-tabung kecil. Dari malem sampai pagi kurang lebih 400 mungkin," tuturnya.
Untuk isi ulang satu tabung oksigen ukuran tabung 1 meter, Dani hanya membanderol seharga Rp 40 ribu.
Ia tidak tega menaikan harganya lebih tinggi lagi dari harga sebelumnya Rp 30 ribu.
"Sekarang tiga orang karyawan saja sudah keteter," tambah Dani.
Sampai selesai proses wawancara, Dani masih belum berhenti melayani pelanggannya yang datang silih berganti.
"Namanya juga buat kemanusiaan bang, kalau ngitung lelah mah saya sudah tutup sama kaya yang lain," pungkas pria asli Rawa Buntu, Serpong itu.
Pemprov DKI borong dari Tangerang
Penyebaran Covid-19 di DKI Jakarta semakin mengganas, penambahan kasus pun mencapai 8.000 hingga 9.000 kasus per hari.