Polemik Nama JIS yang Asing: Muncul Wacana Stadion Anies Baswedan hingga Cap Raja Pamer

AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Gubernur Provinsi DKI Jakarta Anies Baswedan hadiri laga eksibisi yang mempertemukan legenda Persija bertajuk Trofeo Silaturahmi Jakarta di Jakarta International Stadium (JIS), Sabtu (7/5/2022)

TRIBUNJAKARTA.COM - Stadion kebanggaan baru warga Jakarta, Jakarta International Stadium (JIS) kini melahirkan polemik baru.

Setidaknya dalam sepekan terakhir, perbincangan tentang JIS adalah tentang namanya yang asing dan Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan yang mendapat cap raja pamer dari PDIP.

Kini, Pemprov DKI tegah menimbang-nimbang, terutama terkait penamaan yang dinilai tidak sesuai Undang-Undang yang berlaku.

Bahkan, kini muncul wacana baru, JIS akan diganti nama menjadi Stadion Anies Baswedan.

Usul tersebut pun ditampung.

Baca juga: Penamaan JIS Harus Pakai Bahasa Indonesia, PSI Sarankan Anies Gelar Pemilihan Nama Lewat Voting

Polemik Nama JIS

Pemprov DKI Jakarta tengah mempertimbangkan akan mengganti nama JIS.

Hal ini diungkapkan Wakil Gubernur DKI Jakarta Ahmad Riza Patria menanggapi pernyataan eks anggota Ombudsman Alvin Lie yang menyoroti penamaan JIS yang tidak menggunakan bahasa Indonesia.

Pasalnya, Alvin Lie menyoroti nama JIS yang tidak sesuai dengan Undang-Undang karena bukan Bahasa Indonesia.

Pemprov DKI akan menimbang penamaan stadion kebanggaan warga Jakarta itu karena takut dengan potensi pelanggaran terhadap Undang-Undang yang berlaku.

"Nanti akan kami pertimbangkan ya, kami akan lihat sejauh mana aturan dan ketentuannya. Masukan dan saran tentu kami akan pertimbangkan ya," ucapnya di Balai Kota, Senin (10/5/2022) malam.

Ariza menjelaskan, penamaan JIS tak menggunakan bahasa Indonesia lantaran Jakarta ingin menyejajarkan diri dengan kota-kota lain di dunia.

"Jakarta tidak hanya kota bagi Indonesia, tetapi Jakarta juga kota seperti kota-kota lain di dunia. Jadi, sudah menjadi kota internasional," ujarnya.

Baca juga: Dihadiri Ribuan Jakmania, Persija Jakarta Jajal Lapangan JIS, Anies: Janji Itu Dilunasi

Ia pun menyebut, Pemprov DKI di bawah kepemimpinan Gubernur Anies Baswedan terus berupaya menjadikan Jakarta sebagai kota yang aman dan nyaman bagi semua orang.

"Tidak hanya warga negara Indonesia, tetapi dari warga negara dunia lainnya," kata Ariza.

Sebagai informasi, Alvin Lie dalam pernyataannya menyinggung soal Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2009 tentang Bendera, Bahasa, dan Lambang Negara, serta Lagu Kebangsaan. 

Alvin Lie menyoroti nama JIS yang tidak menggunakan Bahasa Indonesia sesuai Undang-Undang tersebut, yang tepatnya tercantum pada pasal 36 ayat (3).

Berikut bunyi pasal 36 ayat (3) Undang-Undang nomor 24 tahun 2019: "Bahasa Indonesia wajib digunakan untuk nama bangunan atau gedung, jalan, apartemen atau permukiman, perkantoran, kompleks perdagangan, merek dagang, lembaga usaha, lembaga pendidikan, organisasi yang didirikan atau dimiliki oleh warga negara Indonesia atau badan hukum Indonesia."

Jakarta International Stadium (JIS) di Tanjung Priok, Jakarta Utara. (Instagram @jakintstadium)

Kewajiban penggunaan bahasa Indonesia ini juga tertuang dalam Peraturan Presiden (Perpres) 63 Tahun 2019 yang diterbitkan Presiden Joko Widodo.

Pada Pasal 33 Perpres tersebut disebutkan bawah stadion olahraga termasuk dalam bangunan atau gedung yang penamaannya diwajibkan menggunakan bahasa Indonesia.

Pada Pasal 33 Perpres tersebut disebutkan bawah stadion olahraga termasuk dalam bangunan atau gedung yang penamaannya diwajibkan menggunakan bahasa Indonesia.

Muncul Wacana Stadion Anies Baswedan

Di tengah pertimbangan pergantian nama JIS, usulan pun bermunculan.

Ada beberapa yang mengusulkan mengganti nama JIS menggunakan nama tokoh betawi.

Namun, muncul juga wacana mengganti nama JIS dengan nama Stadion Anies Baswedan.

Hal ini merujuk pada penamaan stadion di Provinsi Papua yang dibangun untuk perhelatan Pekan Olahraga Nasional (PON) XX lalu.

Stadion yang berlokasi di Kampung Harapan, Distrik Sentani Timur, Kabupaten Jayapura itu diberi nama Lukas Enembe.

Nama tersebut diambil dari nama Gubernur Papua saat ini yang dinilai berjasa dalam menjadikan Papua sebagai tuan rumah PON XX Papua.

Baca juga: Anies Diminta Patuhi Undang-undang, Gerindra Desak Penamaan JIS Harus Pakai Bahasa Indonesia

Mencuatnya nama Anies untuk menggantikan nama JIS ini muncul setelah orang nomor satu di DKI ini dianggap berhasil mewujudkan mimpi warga Jakarta memiliki stadion baru berstandar internasional.

Terlebih, perencana JIS sudah dimulai di era Gubernur Fauzi Bowo, namun baru berhasil dibangun di era kepemimpinan Gubernur Anies Baswedan.

Ilustrasi The Jakmania memenuhi Jakarta International Stadium (JIS) saat laga kandang Persija Jakarta. (Instagram @jakintstadium)

Menanggapi hal ini, Wakil Gubernur DKI Jakarta Ahmad Riza Patria bereaksi, ia menyebut perlu proses panjang untuk mengubah nama JIS menjadi nama Anies.

"Kami belum sejauh itu, selama ini penggunaan nama orang (untuk fasilitas umum) melalui proses," ucapnya di Balai Kota, Selasa (10/5/2022) malam.

Walau demikian, ia mengapresiasi usulan pergantian nama JIS yang disampaikan masyarakat.

Termasuk juga usulan dari PSI yang meminta Pemprov DKI melakukan voting dalam menentukan nama yang akan dipilih untuk menggantikan JIS.

"Ya silakan saja masukan dari masyarakat terkait penamaan JIS yang sementara menggunakan bahasa asing, silakan masukannya yang saya kira perlu menjadi perhatian bersama," ujarnya.

Anies Baswedan Raja Pamer

Soal JIS, bukan hanya perkara polemik nama, kritik pedas datang dari PDIP soal sikap Gubernur Anies Baswedan yang dinilai terlalu berlebihan membanggakan JIS.

Bahkan Ketua Fraksi PDIP DPRD DKI Jakarta Gembong Warsono memberi cap Anies sebagai raja pamer.

"Pak Anies yang selama ini digembar-gemborkan ini hanya pamer, pamer bahwa dia bisa membangun JIS. Jadi, pak Anies pamer saja," ucapnya saat dihubungi, Selasa (10/5/2022).

Menurutnya, hal ini dilakukan Anies untuk menutupi kegagalannya selama hampir lima tahun terakhir memimpin Jakarta.

Pasalnya, masih ada puluhan janji kampanyenya dulu yang belum terealisasikan.

Baca juga: Ketika Gubernur Anies Keliling Eropa Bahas Transportasi, Presiden Jokowi Ke AS Bertemu Elon Musk

"Pak Anies memamerkan kinerja membangun JIS dengan harapan menutup seolah-olsh 23 janjinya itu terealisasi," ujarnya.

"Jadi itu mengobati bahwa 23 janji itu akan selesai dengan terbangunnya JIS," sambungnya.

Ilustrasi The Jakmania memenuhi Jakarta International Stadium (JIS) saat laga kandang Persija Jakarta. (Instagram @jakintstadium)

Gembong menilai, ada tiga janji penting Anies yang sampai saat ini belum terealisasi, yaitu program OK OCE, penanganan banjir, dan rumah DP 0 Rupiah.

Dibandingkan memamerkan pembangunan JIS, Anies dinilai Gembong, seharusnya bisa menunjukan capaian berbagai program penting tersebut.

"Apakah JIS itu manfaatnya maksimal untuk rakyat Jakarta? Saya kira tidak. Karena yang diharapkan bukaan hanya itu," kata Gembong.

"Yang diharapkan warga Jakarta bukan hanya JIS, tapi penanganan banjir, DP 0 Rupiah, dan OK OCE yang diharap menyerap lapangan kerja yang besar," sambungnya.

Kritik Terhadap JIS

Sebelumnya, PDIP juga menampar keras Gubernur Anies dengan kritiknya menyangkut kebanggaan berlebihan atas JIS.

Menurut Politisi PDIP Gilbert Simanjuntak, saat Gubernur Anies menyebut JIS sebuah mahakarya, adalah sebuah hiperbola.

“Pernyataan JIS mahakarya adalah hyperbola karena di kota lain di luar negeri itu merupakan standar stadion,” ucap Gilbert, Jumat (6/5/2022).

Walau demikian, anggota Komisi B DPRD DKI Jakarta ini sangat memaklumi pernyataan yang dilontarkan Anies tersebut.

Pasalnya, ia menilai Anies tak punya prestasi lain yang bisa dibanggakan.

Terlebih, banyak janjinya semasa kampanye dulu yang belum terpenuhi, seperti soal penyelesaian banjir hingga hunian DP 0 Rupiah.

“Ini teknologi dan karya yang ada di JIS sudah ada lama di luar negeri sana, hanya ditambah dengan beberapa sentuhan arsitektur Indonesia saja. Tetapi, karena Anies minim prestasi, jadi ini yang dibanggakan,” ujarnya.

Anggota Komisi B Gilbert Simanjuntak di Komisi B, DPRD DKI, Senin (3/2/2020) ((KOMPAS.COM/RYANA ARYADITA UMASUGI))

Oleh karena itu, sebelum lengser pada Oktober 2022 mendatang Anies diminta untuk terlebih dulu meminta kepada warganya yang menjadi korban banjir dan yang belum memiliki hunian layak.

Menurutnya, hal ini perlu dilakukan lantaran Anies gagal memenuhi janji kampanye itu.

“Ucapan mahakarya menunjukkan kesan lebih fokus ke kampanye 2024 daripada kepada warga DKI yang tersisihkan, padahal Anies masih terima gaji, ini kurang beretika,” kata Gilbert.

Pembelaan Gerindra

Sementara, Politisi Gerindra, Syarif, membela mati-matian Gubernur Anies Baswedan yang dikritik PDIP lantaran kerap menyebut JIS sebagai sebuah mahakarya.

Meski rencana pembangunan JIS sudah disusun di era kepemimpinan Gubernur Fauzi Bowo, namun Syarif menilai, Anies yang mampu mewujudkan mimpi pendahulunya dan warga Jakarta untuk membangun stadion megah di ibu kota.

“Jadi orang harus jujur, jujur kalau kebaikan, prestasi akui. Kalau ada yang enggak benar boleh kritik, tapi (JIS) itu sudah nyata keberhasilannya,” ucapnya saat dikonfirmasi, Jumat (6/5/2022).

Sekretaris Komisi D DPRD DKI Jakarta ini pun mengkritisi pernyataan politisi PDIP Gilbert Simanjuntak yang menyebut fasilitas yang ada di JIS sudah lebih dulu diterapkan di stadion modern lain di luar negeri.

Menurutnya, perbandingan itu tak sesuai lantaran teknologi yang ada di JIS belum pernah diterapkan di stadion lain di Indonesia.

Baca juga: PDIP Sering Kritik Anies Soal Pembangunan JIS, Gerindra: Kasihan Baperan Dah!

“Bandingkannya jangan sama negara lain, bandingkan dengan yang ada di Indonesia, kita kan cinta Indonesia,” ujarnya.

Politisi senior Gerindra ini lantas membandingkan keberhasilan Anies membangun JIS dengan kinerja Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo.

Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan (tengah) dan Wakil Gubernur DKI Jakarta Ahmad Riza Patria (kiri) saat menghadiri rilis buku autobiografi anggota DPRD DKI Jakarta dari Gerindra, Syarif (kanan), di hotel kawasan Jakarta Pusat, Rabu (14/10/2020) malam. (Tribunjakarta.com/Muhammad Hidayat)

“Kalau dibandingkan dengan luar negeri ya enggak nyambung, kalau mau bandingkan yang ada di Indonesia dong. Ganjar misalnya, dia bisa apa? Gitu baru cocok dibandingkan,” kata dia.

Berita Terkini