Jangan Sembarangan Terapi Kretek Tulang, Begini Kata Dokter Spesialis Ortopedi

Penulis: Pebby Ade Liana
Editor: Acos Abdul Qodir
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Aktris Luna Maya menjalani terapi kretek tulang atau chiropractic di klinik chiropractor berlisensi Dr Tyler Bigenho di California, Amerika Serikat, September 2021.

Laporan wartawan TribunJakarta.com, Pebby Adhe Liana

TRIBUNJAKARTA.COM, JAKARTA - Akhir-akhir ini, terapi kretek tulang cukup populer di media sosial. 

Dalam istilah medis, terapi kretek tulang disebut juga dengan nama chiropractic.

Chiropractic adalah prosedur manipulasi terhadap tulang belakang yang dipercaya bisa membuat tulang belakang menjadi lebih rileks dan lentur.

Dikenal dengan sebutan pijat kretek, lantaran praktik pada terapi ini akan menghasilkan bunyi 'kretek' pada tulang.

Namun, apakah terapi ini aman dilakukan?

Dokter Spesialis Bedah Ortopedi Luthfi Gatam mengatakan, pada dasarnya melakukan kretek tulang sama seperti melakukan streatching atau peregangan pada tulang.

Baca juga: Serba-Serbi Terapi Pengobatan Akupuntur di Rumah Sakit, Benarkah Bisa Mengobati Kemandulan?

Hal ini sebenarnya bisa-bisa saja dilakukan. Asalkan, tidak secara sembarangan. 

Dengan kata lain, ada banyak risiko yang mungkin saja terjadi ketika terapi kretek tulang ini dilakukan secara sembarang.

Pada kasus yang parah, hal ini juga bisa berujung fatal.

"Tukang pijat boleh gak? boleh. Sebetulnya itu secara medis tukang pijat ada manfaat gak? tentu ada. Manfaatnya supaya dia melakukan yang namanya, otot kita ada itu kan ada namanya massage,"

"Nah chiropractic itu, kalau kamu lakukan streatching boleh ga? boleh, tapi sekarang dibantu sama orang. Jadi sebetulnya boleh," kata dia ditemui dalam acara Media Gethering Eka Hospital, di Jakarta Selatan, baru-baru ini.

Ia pun menyebut, ada kasus dimana chiropractic ini bisa berakibat fatal.

Baca juga: Cara Atasi Dampak Fisik dan Mental Akibat Long Covid-19, Ini Penjelasan Dokter

Pada beberapa tahun lalu, ada kejadian dimana seorang pasien meninggal dunia usai menjalani terapi chiropractic.

Penyebabnya, kata dia karena pecahnya pembuluh arteri ketika terapi kretek dilakukan.

"Ada pasien saya seorang sarjana mau ke Perancis. Suatu saat dia lehernya agak gini (bermasalah) sedikit. Saya bilang 'kamu harus dioperasi',"

"Tapi suatu saat dia takut dioperasi, pergilah dia ke (klinik) chiropractic di Pondok Indah. Memang gapapa pada waktu itu, tapi pas dia pulang, kolaps dia. Langsung dibawa ke rumah sakit di Pondok Indah, tekanan darahnya turun, drop. Makin hari makin gak sadarkan diri. Masukin MRI, dicek segala macam ternyata pendarahan di sini (leher)," ungkapnya.

Karena resiko ini, praktik ini sebaiknya jangan dilakukan secara sembarangan.

Baca juga: Apa Itu Terapi Plasma Konvalesen? Simak Berikut Pengertian hingga Syarat Jadi Pendonor

Sayangnya, saat ini kata dia banyak praktek chiropractic di Indonesia masih belum memiliki panduan sesuai dengan standar keilmuan yang seharusnya.

"Jadi mohon ya hati-hati. Karena dia belum punya standar. Ortopedi itu.. menangani masalah tulang belakang adalah sesuatu yang harus dilakukan sesuai standar," tuturnya.

Berita Terkini