TRIBUNJAKARTA.COM - Ada peran besar dari tokoh besar Partai Golkar pada pencapresan Anies Baswedan pada Pilpres 2024 mendatang.
Seperti diketahui, Gubernur DKI Jakarta itu telah dikukuhkan sebagai capres dari Partai NasDem.
Wakil Presiden 2004-2009 dan 2014-2019 yang juga mantan Ketua Umum Golkar, Jusuf Kalla disebut-sebut sebagai pemulus jalan Anies mendapat tiket maju Pilpres 2024 dari NasDem.
Sedangkan, Ketua Dewan Kehormatan DPP Partai Golkar Akbar Tandjung, secara terang-terangan menyatakan dukungannya terhadap pencapresan Anies Baswedan.
Tentu dukungan dari dua dedengkot Golkar itu tidak main-main artinya bagi Anies Baswedan menghadapi pertarungan sengit 2024.
Baca juga: Usai Dikukuhkan Sebagai Capres NasDem, Anies Baswedan Disebut Selaras Nilai Perjuangan Demokrat
JK Muluskan Anies
Pengamat Komunikasi Politik dari Universitas Esa Unggul Jamiluddin Ritonga mengungkapkan, ada peran Jusuf Kalla di balik mulusnya Anies Baswedan dapat tiket capres dari NasDem.
Jamaluddin menyebut ada faktor kedekatan di antara ketiga figur, Jusuf Kalla, Anies Baswedan dan Ketua Umum NasDem Surya Paloh.
Menurut Jamaluddin, Jusuf Kalla atau JK adalah orang yang meyakinkan Surya Paloh untuk memilih Anies Baswedan.
Tak hanya bicara tentang Anies, JK juga disebut meyakinkan Surya Paloh soal koalisi dengan PKS dan Demokrat.
Hal koalisi tentu menjadi garansi tersendiri bagi Surya Paloh untuk bisa memenuhi presidentian threshold agar bisa mengajukan capres dan cawapres.
"Jadi, peran besar JK dalam mengusung Anies menjadi capres tampaknya sangat besar. JK tampaknya mampu menjadi fasilitator dan dinamisator dengan Nasdem, Demokrat, dan PKS untuk mengusung Anies," kata Jamaluddin.
Selain JK, secara sejarah, Anies Baswedan memiliki andil besar terhadap berdirinya NasDem.
"Anies menjadi salah satu pendiri NasDem saat partai itu masih menjadi Ormas," kata Jamiluddin dalam keterangannya kepada wartawan, Senin (3/10/2022).
Dengan begitu, kata dia, Anies dinilai memahami visi dan misi Partai NasDem, termasuk semangat restorasi yang digaungkan partai tersebut.
"Jadi, Anies dinilai sudah memahami persis apa yang diperjuangkan Partai NasDem," ucapnya.
Faktor ketiga yang membuat Anies menjadi pilihan NasDem adalah elektabilitasnya yang konsisten berada di tiga besar teratas sebagai kandidat Capres 2024.
Bahkan, kata Jamiluddin, elektabilitas Anies cenderung terus meningkat padahal belum bekerja untuk pencapresannya.
"Karena itu, NasDem tampaknya sangat yakin akan mudah untuk mendongkrak elektabilitas Anies lebih tinggi lagi. Anies dinilai sosok yang punya nilai jual tinggi sehingga akan mudah mengemasnya dan dikampanyekan ke khalayak luas," kata dia.
Dukungan Akbar Tandjung
Sementara, dukungan Akbar Tandung kepada Anies Baswedan sebagai capres disampaikan di muka publik.
Hal ini diungkapkannya saat menghadiri peresmian relokasi Momunen 66 di kawasan Taman Menteng, Jakarta Pusat, Rabu (5/10/2022).
"Saya bangga bahwa beliau menjadi capres pada Pemilu 2024 yang akan datang, bahwa kuat peluang untuk menjadi presiden. Maka, saya ungkapkan mendukung beliau sebagai capres," ucapnya dalam sambutan, Rabu (5/10/2022).
Politikus senior Golkar yang juga menjabat sebagai Ketua Dewan Kehormatan Angkatan 66 ini bahkan memuji Anies Baswedan setinggi langit.
"Beliau orang pintar, seorang akademisi tapi juga seorang yang betul-betul memiliki kepemimpinan yang jauh ke depan tentang pembangunan Indonesia," ujarnya.
"Jakarta dipimpin gubernur yang tepat dan lebih tepat lagi bahwa beliau akan menjadi presiden," sambungnya.
Pernyataan Akbar Tandjung ini berbeda dari keputusan Partai Golkar yang jelas-jelas mengusung sang Ketua Umum, Airlangga Hartarto jadi capres 2024.
Penunjukkan Airlangga hartarto sudah secara formal diusung Golkar melalui Munas 2019 silam.
"Tentu Partai Golkar masih konsisten dengan keputusan Munas 2019 yang lalu di mana Pak Airlangga adalah calon presiden dari Partai Golkar," kata Ace di Kompleks Parlemen, Jakarta dikutip dari Kompas.com, Senin (6/6/2022).
Sementara, terkait Koalisi Indonesia Bersatu yang dibesut Golkar bersama PPP dan PAN akan ada konsolidasi lanjutan untuk penentuan nama capres.
"Tetapi tentu dalam konteks Koalisi Indonesia Bersatu kami harus membahas bersama dengan ketua umum partai politik yang tergabung dalam KIB ini," ujar Ace melanjutkan.