Penemuan Mayat Satu Keluarga

Hidup Bareng Tumpukan Sampah dan Belatung, Kondisi Kejiwaan Satu Keluarga di Kalideres Dipertanyakan

Penulis: Rr Dewi Kartika H
Editor: Yogi Jakarta
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Dokter dan tim forensik didatangkan untuk usut kematian satu keluarga yang berada di Perumahan Citra Garden 1 Extension, Kalideres, Jakarta Barat pada Sabtu (12/11/2022).

TRIBUNJAKARTA.COM - Saat melakukan olah tempat kejadian perkara (TKP) di rumah satu keluarga yang tewas misterius, polisi menemukan sampah yang menggunung.

Direktur Reserse Kriminal Umum (Dirreskrimum) Polda Metro Jaya, Kombes Pol Hengki Haryadi merasa heran saat melihat tumpukan sampah tersebut.

Ia mempertanyakan alasan mengapa satu keluarga yang terdiri dari empat orang itu membuang sampah di dalam rumah.

TONTON JUGA

"Kenapa kok buang sampahnya di dalam rumah, tidak diluar. Artinya memang ini menunjukan bahwa yang bersangkutan kepada tetangga sekitar terkesan mengurung diri dan sebagainya," kata Hengki, Rabu (16/11/2022).

Guna menjelaskan hal ini lebih detail, dikatakan Hengki perlu pemahaman lebih rinci dalam hal ini hanya ahli dibidang tertentu yang bisa menjelaskan maksud sebenarnya dari keluarga tersebut melakukan hal tersebut.

Tak cuma setumpuk sampah, polisi juga menemukan belatung di rumah satu keluarga yang terletak di Perumahan Citra Garden 1 Extension, Kalideres, Jakarta Barat tersebut.

Polisi lalu akan melibatkan ahli serangga untuk menguak misteri penyebab kematian dari satu keluarga tersebut.

“Apa perlu kita undang ahli entomologi, ahli serangga karena kami temukan belatung, nanti bisa arahkan kapan meninggalnya nanti, ini contohnya,” ungkap Hengki.

Kolase Foto Direktur Reserse Kriminal Umum Polda Metro Jaya, Kombes Hengki Haryadi dan TKP penemuan mayat satu keluarga di Kalideres (Kolase Foto TribunJakarta)

Baca juga: Demi Ungkap Kematian Satu Keluarga di Kalideres, Polisi Bakal Turut Libatkan Ahli Serangga

Hengki menegaskan bahwa kasus kematian satu keluarga, yang terdiri dari pasangan suami istri Rudyanto dan Margaretha, anaknya Dian, dan pamannya bernama Budiyanto sangat rumit.

Sehingga polisi butuh kehati-hatian dalam mengungkap motif kematian para korban.

“Ini kasus rumit maka perlu kehati-hatian jadi dari ahli akan jelaskan penyebab kematian, dan bukan hanya satu ahli tapi kolaborasi berbagai ahli dan profesi,” tegasnya.


Kondisi Mental Dipertantyakan

Pakar Forensik Emosi dan Trainer Investigasi, Handoko Gani, mempertanyakan kejiwaan dua korban meninggal terakhir pada kasus satu keluarga yang tewas.

Menurutnya merupakan suatu hal yang aneh jika dua orang yang tewas terakhir tidak merasakan berbagai emosi dan tetap melakukan upaya bunuh diri.

Halaman
12

Berita Terkini