Namun semakin ke sini, tenda pengungsian darurat semakin berkurang.
Hal itu seiring berdirinya posko utama yang mampu menampung lebih banyak pengungsi di satu titik yang lebih aman.
Banyak masyarakat yang beralih ke tenda pengungsian lebih besar, ada pula yang bertahan di tenda darurat yang dibuat sendiri.
Salah satu warga di Kampung Gasol 2, Desa Gasol, Kecamatan Cugenang, Kabupaten Cianjur, Jawa Barat, Dini (30) mengutarakan beberapa alasan yang menjadikannya tetap bertahan di tenda darurat.
Walaupun di tenda itu, kata dia, jika malam hari terasa sangat dingin karena tidak ada apa pun yang menahan angin masuk dari bagian sampingnya.
Sedangkan pada siang hari, dirinya merasa panas berada di tenda tersebut.
Baca juga: Longsor di Warung Sate Shinta, Warga Ungkap Kisah Mistis Jalur Cipanas, Ada yang Muncul dari Tebing
Terpal-terpal yang digunakan pun, kata Dini, merupakan terpal yang sudah dimiliki oleh warga.
Ia pun sadar akan resiko jika tetap bertahan di tenda darurat, namun beberapa alasan kuat menjadikannya tetap bertahan di tempat itu.
Kata Dini, ada sekitar 40 orang yang mengungsi di tenda mandiri di area tersebut.
"Dari hari pertama langsung kesini, kejauhan (posko utama), soalnya rumahnya pada disini deket-deket," ujarnya kepada TribunnewsBogor.com, Jumat (25/11/2022).
Selama tinggal di tenda itu, Dini mengaku tak pernah pulang ke rumahnya, karena tempat tinggalnya mengalami kerusakan.
"Disini aja engga pulang kerumah, soalnya engga bisa ditempatin juga tempatnya, kalau ke tempay yang lain juga pada penuh," kata wanita berkerudung biru dongker itu.
Meski tinggal di tenda mandiri, Dini mengaku tak kekurangan makanan, karena tempatnya pun sudah mendapatkan bantuan logistik.
"Makanan mah ada ,obat-obatan juga ada, cuma masih kurang sih kadang susu nya yang engga ada," tandasnya.
Baca artikel lainnya dari TribunJakarta.com di Google News