TRIBUNJAKARTA.COM, JAKARTA - Tahun Baru Imlek, selalu identik dengan kemeriahan. Selain dekorasi berwarna merah, biasanya perayaan Tahun Baru Imlek juga meriah dengan adanya kembang api atau petasan.
Hal ini, bahkan sudah menjadi tradisi di berbagai negara. Tahun Baru Imlek, tak lengkap rasanya tanpa suara petasan.
Lantas, mengapa Imlek selalu dikaitkan dengan kembang api atau petasan?
Dalam budaya tradisional Tionghoa, petasan awal mulanya digunakan untuk mengusir roh jahat.
Baca juga: Wajib Dihidangkan! Berikut 7 Makanan Pembawa Hoki di Tahun Baru Imlek 2023
Dalam legenda masyarakat Tionghoa, dahulu ada sesosok monster bernama Nian yang keluar untuk memakan penduduk desa dan menghancurkan rumah setiap tahun baru.
Dilansir dari laman China Highlights, pada zaman itu penduduk desa mengusir monster Nian dengan cara menciptakan ledakan dari bambu kering yang dibakar.
Suara ledakan yang dihasilkan itu, konon membuat monster merasa ketakutan.
Hal ini, yang kemudian berkembang menjadi sebuah tradisi untuk menciptakan suara bising ketika malam tahun baru.
Selain terkait legenda, menyalakan petasan juga menjadi salah satu cara masyarakat Tionghoa untuk memeriahkan Tahun Baru Imlek.
Sejarah Petasan
Petasan dalam bahasa China disebut 'baozhu'. Secara harfiah, hal ini berarti 'bambu yang meledak'.
Pada masa Dinasti Tang, bubuk mesiu atau bubuk peledak ditemukan secara kebetulan. Hal ini, mengarah pada penemuan petasan di China.
Kala itu, orang-orang memasukan bubuk mesiu ke dalam lubang bambu yang kemudian dilemparkan ke dalam api. Bambu tersebut, kemudian menghasilkan ledakan keras. Ini, merupakan cikal bakal terbentuknya petasan pertama kali.
Pada masa Dinasti Song (960–1279), tabung kertas datang untuk menggantikan batang bambu.
Hingga kemudian, petasan tercipta dan dibalut dengan warna merah yang merupakan warna keberuntungan bagi orang China.