Laporan Wartawan TribunJakarta.com, Bima Putra
TRIBUNJAKARTA.COM, KRAMAT JATI - Dua anak berinisial GAN (15) dan SSN (15) belum dapat melupakan kasus ancaman pembunuhan dari debt collector yang dialami mereka pada Selasa (21/2/2023).
GAN diancam ditembak kepalanya, sementara SSN ditodong sebilah pisau lalu diancam dibunuh di rumah mereka sendiri kawasan Kecamatan Kramat Jati, Jakarta Timur karena masalah utang ibu GAN.
Ayah GAN, KO (55) mengatakan putranya dan keponakan perempuannya SSN hingga kini trauma akibat ancaman pembunuhan dilakukan debt collector dari koperasi bank keliling tersebut.
"Trauma. Mereka sekarang kayak orang logak-logok (linglung), ketakutan. Dua anak ini enggak tahu apa-apa," kata KO di Kramat Jati, Jakarta Timur, Kamis (2/3/2023).
Trauma yang dialami anak dan keponakanya tersebut membuat KO sebenarnya berharap kedua debt collector yang sempat diamankan di Polsek Kramat Jati dapat diproses hukum.
Namun pertimbangan lamanya waktu untuk memberi keterangan dan tidak memahami prosedur pembuatan laporan kasus, dia mengurungkan niat untuk menempuh jalur hukum.
Sebagai pekerja bangunan yang diupah per hari dia tidak memiliki banyak waktu, sehingga dengan berat hati tidak membuat laporan kasus ancaman pembunuhan dialami GAN dan SSN.
"Pikiran saya kalau diproses bagus, biar renternir yang kurang ajar itu dikasih pelajaran. Tapi saya enggak bikin laporan karena ribet. Saya ini kan orang kerja lepas, menghabiskan waktu," ujar KO.
Baca juga: Polisi Gerebek Markas Debt Collector di Koja yang Aniaya dan Rampas Motor Debitur
Setelah kasus ancaman pembunuhan dialami GAN dan SSN berakhir damai, KO hanya bisa berharap kedua pelaku jera sehingga tidak berbuat seenaknya ketika menagih utang.
Sementara masalah sisa utang sang istri yang angsurannya tersisa sekitar Rp500 ribu, KO memastikan akan membayar utang tersebut hingga lunas agar tidak kasus serupa.
"Punya utang kan wajib bayar, saya tanggung jawab bayar. Utang per minggunya angsuran Rp195 ribu, mereka datang menagih setiap hari Selasa. Tapi jangan libatkan anak," tutur KO.
Sebelumnya kasus ancaman pembunuhan bermula pada Selasa (21/2) pagi ketika dua debt collector bank keliling datang ke rumah korban untuk menagih cicilan utang sesuai tenggat waktu.
KO awalnya sempat bingung lantaran tidak mengetahui bahwa sang istri sudah berutang kepada bank keliling sebanyak Rp1,2 juta, dan kini cicilan angsurannya tersisa sekitar Rp 500 ribu.
"Per minggunya setiap hari Selasa itu bayar Rp 195 ribu. Saya bilang maaf dek, duit segitu saya enggak punya. Adanya Rp 100 ribu," kata KO di Kramat Jati, Jakarta Timur, Kamis (2/3/2023).
Sempat terjadi negosiasi alot antara KO dan kedua debt collector karena jumlah uang yang diberikan tidak sesuai perjanjian, sementara istri KO saat je sedang di kampung halaman.
Setelah proses negosiasi dan KO menyatakan bahwa dia akan melunasi cicilan utang barulah kedua debt collector tersebut bersedia pergi tanpa melakukan kekerasan.
Namun pada sore hari yang sama ketika KO sedang bekerja sebagai kuli bangunan, kedua debt collector kembali datang menagih angsuran utang ke rumah seusai nominal perjanjian.
Kala itu di rumah hanya terdapat GAN dan SSN yang tidak mengetahui sama sekali masalah piutang, sehingga ketakutan menghadapi dua debt collector bank keliling tersebut.
"Jam 17.00 WIB datang ke sini. Saya pulang kerja anak saya cerita handphonenya diminta sama orang bank. Katanya kalau enggak dibayar mau ditembak kepala anak," ujar KO.
KO menuturkan saat mengancam akan menembak kepala GAN pelaku memang tidak membawa senjata api, namun ketakutan GAN membuat korban hanya bisa diam ketakutan.
Nasib serupa juga dialami SSN yang saat kejadian sedang mencuci piring di bagian dapur, dia mendapat ancaman dari seorang debt collector lain yang memaksa masuk rumah.
Pelaku yang mengira SSN menyembunyikan keberadaan ibu GAN mengambil sebilah pisau dari bagian dapur lalu menodongkannya ke arah SSN sembari melontarkan ancaman.
"Bilang lama-lama gue bunuh nih dek sambil megang pisau," tutur SSN yang saat kejadian gemetar ketakutan hingga mengompol karena tidak berdaya.