Cerita Fransisca Noni dan Tim Hadapi Ombak Tinggi saat Meneliti Cikalang Christmas di Lautan

Penulis: Nur Indah Farrah Audina
Editor: Acos Abdul Qodir
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Koordinator Komunitas Burung Laut Indonesia, Fransisca Noni Tirtaningtyas, berbagi cerita soal pengalamannya meneliti burung Cikalang Christmas dalam kanal Youtube Tribun Jakarta, Minggu (9/4/2023). 

Laporan Wartawan TribunJakarta.com, Nur Indah Farrah Audina

TRIBUNJAKARTA.COM, JAKARTA - Koordinator Komunitas Burung Laut Indonesia, Fransisca Noni Tirtaningtyas ungkap kesulitannya dalam meneliti burung laut.

Memiliki latar belakang keilmuan sains, ia merasa konservasi burung merupakan makanan sehari-harinya.

Meski bekerja dengan tim, ia mengaku tetap ada kesulitan apalagi dirinya dan tim meneliti Cikalang Christmas yang memang mencari makan di perairan Indonesia.

Baca juga: Pengorbanan Fransisca Noni Peneliti Cikalang Christmas: Rela Cari Dana Sendiri dan Pendapatan Kecil

Kesulitan pertama yakni terkait ombak laut. Ia bersama timnya kerap kali mendapati ombak laut tinggi selama meneliti Cikalang Christmas.

Sebab, meski berombak, hasil monitoring harus tetap ditulis dan dilaporkan.

"Kalau di Teluk Jakarta tidak terlalu ekstrem, tapi ada suatu tempat yang kami pernah melakukan kegiatan survei yakni di Selat Sunda antara Laut Jawa dan Samudra Hindia.

Kami menggunakan kapal untuk memancing ikan terbuat dari kayu dan fiber, karena burung ini menyukai angin karena dibantu untuk terbang.

Jadi, kalau ada angin kencang berarti ada ombak kencang juga. Jadi beda banget kalau di Selat Sunda," katanya dikutip dari Youtube Tribun Jakarta, Senin (10/4/2023).

Baca juga: Cek Kesehatan di Rusun Marunda, 29 Warga Didiagnosa Alami Penyakit Diduga Dampak Batu Bara

Burung Cikalang Chirstmas (Grid/pixabay/David Mark)

Kata dia, sebagai peneliti burung laut, harus bisa menahan muntah alias mabok laut.

Pasalnya, ombak tinggi bukan halangan untuk tim tetap bekerja seperti menulis hingga memotret.

Parahnya dalam satu hari kerap tak membuahkan hasil lantaran cuaca yang terlalu ekstrem dan monitoring Cikalang Christmas sulit dilakukan.

"Biasanya kami 4 hari di Selat Sunda bisa satu hari tidak dapat sama sekali. Biasanya kami buat garis maya dari satu titik ke titik sini. Kalau di Selat Sunda kan menginap kapal. Kalau di Pulau Untung Jawa. Kami berangkat pagi-sore, kemudian kami menginap di masyarakat," pungkasnya.

Baca artikel menarik lainnya TribunJakarta.com di Google News

Berita Terkini