Saat sudah maju ke depan, Haji Agus terlihat memasukan satu tangannya ke saku celana ketika menyampaikan sambutan di depan para jemaah yang duduk di teras rumahnya.
Dalam sambutan itu, Haji Agus menitipkan para warganya yang berangkat umrah kepada satu orang pria yang kala itu berdiri di sampingnya.
Tangis Haji Agus pecah ketika dirinya menceritakan perjuangan memberangkatkan puluhan warga umrah.
Namun, tak terlalu terdengar apa yang dibicarakan Haji Agus lantaran pria tersebut berbicara sambil menangis.
"Cobaan jatuh bangun usaha udah ngalamin semua, itu enteng bagi saya, tapi untuk memberangkatkan umrah ini luar biasa," kata Haji Agus.
Di akhir sambutan, Haji Agus terlihat sujud syukur di depan para jamaah umrah.
Kebaikan keluarga Haji Agus bak tak ada habisnya dirasakan warga Bojong Koneng.
Bahkan jika ada warga Kampung Bojong Koneng yang tak memiliki biaya untuk pemakaman, tidak jarang Haji Agus membantu.
"Ada warga yang enggak mampu proses pemakaman segala macem beliau yang tanggung," ucap Anang.
Haji Agus dan istrinya Hj. Yanti memiliki empat orang anak, keempatnya juga terbilang aktif di lingkungan.
"Anak-anaknya juga sama, berbau gaulnya sama anak anak muda kampung sini," terangnya.
Haji Agus lanjut Anang, sebenarnya tidak ingin dipanggil sebagai sultan atau julukan lain.
Dia selama ini memang dikenal warga kampung sebagai sosok yang dermawan, membantu warga sekitar tanpa pamrih.
Setiap tahunnya, Haji Agus dan keluarga membuka open house saat lebaran dan dihadiri warga satu desa bahkan lebih.
Setiap warga yang datang, Haji Agus akan memberikan uang THR sebagai bentuk berbagi kebahagiaan.
Baca juga: Sosok Ini Jadi Saksi Jerih Payah Haji Agus Suhela, Pernah Mangkal Bareng di Lampu Merah Cibitung