Laporan Wartawan TribunJakarta.com, Wahyu Septiana
TRIBUNJAKARTA.COM, GROGOL PETAMBURAN - Kehidupan sulit dan pahit Joni (54) si badut difabel mulai terkuak usai namanya mendapatkan banyak perhatian dan perbincangan.
Namanya mulai mencuat usai kisah hidupnya viral di media sosial setelah diunggah di akun TikTok @joiwaypeduli.
Dalam narasi yang beredar, Joni dengan tubuh mungilnya rela melakukan segala hal untuk bertahan hidup di Jakarta.
Tak hanya soal materi, kisah hidupnya memilukan karena ia mengaku dibuang orang tuanya karena kondisi tubuhnya.
Kini, Joni rela mengais rezeki dengan cara menjadi badut yang mangkal di kawasan Mal Taman Anggrek, Jakarta Barat.
Ia mengaku, sudah menjadi badut atau penghibur sejak tahun 1992.
Baca juga: Kisah Ngenes Joni Badut Difabel, Mantan Pemain Teater KOMA yang Kini Terpaksa Mengemis di Jalan
Setelah itu, beragam profesi dan pekerjaan sudah pernah dicoba di antaranya berjualan es mambo, susu bubuk, tukang semir, hingga syuting dengan pelawak senior.
Namun, jalan hidup Joni tak semanis apa yang dipikirkan.
Ia harus merasakan sengsara dan kehidupan sulit saat pandemi Covid-19 menerjang.
"Pokoknya pas jadi badut ini pas Corona (Covid-19) aja demi menyambung hidup," kata Joni kepada TribunJakarta.com.
Joni menerangkan, sebelum pandemi Covid-19 ia masih sempat merasakan dipanggil mengikuti proses syuting dengan para pelawak tenar di Tanah Air.
Namanya kerap disertakan menjadi bintang tamu dalam program lawak yang dimainkan Komeng, Jarwo Kwat, Opie Kumis, dan Adul.
Program lawak tersebut tayang di salah satu stasiun televisi swasta di Indonesia.
"Dulu sempet nganggur, sebelumnya kan saya sering syuting sama gengnya Bang Komeng. Syuting itu mulai dari tahun 2018 sampai 2019," ujarnya.
Baca juga: Cerita Pilu Joni Badut Difabel, Ngaku Teman Seperjuangan Ucok Baba Namun Ujungnya Dibuat Kecewa
Saat pendemi Covid-19 menerjang, kehidupan dan keuangan Joni terganggu.
Semua terkena dampaknya karena tidak ada lagi panggilan untuk syuting.
Bahkan, dalam kondisi menderita itu Joni harus menjual dua handphone miliknya agar tetap bisa bertahan hidup.
"Gara-gara Covid-19 sangat susah. Saya punya 2 HP sampai dijual cuma buat bertahan hidup buat makan. Saya sakit lagi pas dulu. Dicukup-cukupi aja itu duit hasil jual HP sekitar RP 700 ribu buat sebulan," ungkapnya.
Hingga akhirnya Joni memilih untuk beralih profesi kembali menjadi badut penghibur.
Tempat yang dipilihnya yakni di depan Mal Taman Anggrek, dan bertahan sampai hari ini.
Tempat tersebut dipilih karena sebelumnya ia kerap mengisi acara di dalam pusat perbelanjaan tersebut.
"Akhirnya ngamen jadi badut lagi sampai sekarang. Dari dulu tahun 1992 memang sudah jadi badut dan sempat ganti dan nyoba beberapa pekerjaan lain," pungkasnya.
Baca artikel menarik lainnya TribunJakarta.com di Google News