SBY Sebut Kereta Api Gajayana di Mimpinya, Ini Sejarah Gajayana pada Masa Kerajaan Kanjuruhan

Editor: Muji Lestari
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Candi Badut peninggalan Kerajaan Kanjuruhan di Malang.

Dari Prasasti Dinoyo diketahui bahwa Raja Gajayana yang beragama Siwa memerintah dengan adil dan dicintai rakyatnya.

Di bawah kekuasaannya, Kerajaan Kanjuruhan mencapai puncak keemasan dan mengalami perkembangan pesat dalam bidang pemerintahan, sosial, ekonomi, ataupun seni budaya.

Candi Badut peninggalan Kerajaan Kanjuruhan di Malang. (Tangkapan layar Kompas.com)

Wilayah kekuasaannya meliputi daerah Malang, lereng timur dan barat Gunung Kawi, dan ke utara hingga pesisir laut Jawa.

Selama Raja Gajayana berkuasa, jarang terjadi peperangan, pencurian, dan perampokan karena raja selalu bertindak tegas sesuai hukum.

Raja Gajayana juga membuat sebuah tempat suci pemujaan yang sangat bagus untuk memuliakan Resi Agastya.

Selain itu, dibangun pula arca sang Resi Agastya dari batu hitam yang sangat elok.

Bersamaan dengan pentasbihan bangunan suci tersebut, Gajayana menganugerahkan sebidang tanah, sapi, kerbau, serta budak laki-laki dan perempuan sebagai penjaga kepada para pendeta.

Raja Gajayana mempunyai seorang putri bernama Uttejana. Setelah Gajayana mangkat, kekuasaan jatuh ke tangan putrinya, Uttejana yang menikah dengan Pangeran Jananiya dari Paradeh.

Semua raja Kerajaan Kanjuruhan terkenal akan kebijaksanaan dan kemurahan hatinya.

Keberadaan Kerajaan Kanjuruhan tidak bertahan lama. Pada awal abad ke-10, ketika Rakai Watukura dari Mataram Kuno berkuasa, Kerajaan Kanjuruhan berada dalam kekuasaannya.

Para penguasa Kerajaan Kanjuruhan menjadi raja bawahan dengan gelar Rakyan Kanuruhan.

 

Baca artikel menarik lainnya di Google News.

 

Berita Terkini