Laporan Wartawan TribunJakarta.com Elga Hikari Putra
TRIBUNJAKARTA.COM, BEJI - Sebelum membunuh Muhammad Naufal Zidan (19) yang merupakan adik kelasnya di Universitas Indonesia (UI), Altafasalya Ardnika Basya (23) kerap mengeluh kepada teman kosannya mengenai utang yang menjeratnya.
Apalagi, saat dia juga terpaksa menunggak bayar kosan yang ditempati bersama dua rekannya itu.
Hal itu dibeberkan Akbar yang merupakan teman satu kosan Altaf.
"Sempat ngeluh soal kebingungan dan kepusingan dia cara mencari uang ya," kata Akbar di tempat kosannya di kawasan Kukusan, Beji, Depok, Jawa Barat, Minggu (6/8/2023).
Namun, kata Akbar, Altaf biasanya hanya sebatas mengeluh saja tanpa meminta masukan untuk membantunya keluar dari masalah yang dihadapi.
"Cuma lanjutannya ga ada si, dia cuma cukup ngeluh aja sih dan nggak ngomongin gimana mau ngehandle masalah ini," kata Akbar.
Sepengetahuan Akbar, perubahan perilaku Altaf terjadi sejak dua bulan terakhir ini. Altaf disebutnya menjadi lebih banyak diam.
Bahkan, masalah utang itu juga berdampak pada kegiatan akademis Altaf yang disebutnya menurun beberapa waktu belakangan.
Akbar dan teman-temannya sebenarnya tidak pernah menanyakan detail mengenai sisi lain kehidupan Altaf yang kerap bermain crypto.
Saat itu, Altaf hanya pernah bicara bahwa dia bermain crypto hanya untuk mencari tambahan uang.
Akbar sendiri baru mengetahui dari penjelasan polisi bahwa Altaf memiliki utang sampai Rp 80 juta dari crypto.
Alasan itulah yang membuat Altaf nekat menghabisi nyawa Zidan.
Sepengetahuan Akbar, Altaf berasal dari keluarga yang berkecukupan. Ayahnya merupakan arsitek.
Namun, saat itu Altaf pernah bercerita bahwa dia malu jika terus-terusan minta kepada orang tuanya, termasuk untuk membayar utang pinjol yang berasal dari crypto.
"Dia pernah minta ke orang tua tapi dia lama kelamaan kayak gak enak minta sama ortunya terus.
Jadi dia mikir untuk menyelesaikan masalahnya sendiri tapi caranya gak pernah dijelaskan ke kita," ujar Akbar.
Baca artikel menarik lainnya TribunJakarta.com di Google News