Laporan Wartawan TribunJakarta.com, Dionisius Arya Bima Suci
TRIBUNJAKARTA.COM, GAMBIR - Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) DKI Jakarta Isnawa Adji mengaku tak melakukan modifikasi cuaca untuk mengatasi masalah polusi udara di ibu kota.
Pasalnya, Jakarta saat ini tengah memasuki periode puncak dari musim kemarau sehingga sulit untuk mencari bibit awan.
“Memang kendalanya itu lagi musim kemarau. Jadi, namanya gumpalan awan hujan itu sulit,” ucapnya saat dikonfirmasi, Selasa (22/8/2023).
Anak buah Penjabat (Pj) Gubernur DKI Heru Budi Hartono ini menyebut, teknologi modifikasi cuaca (TMC) ini tidak mesti dilakukan di langit Jakarta.
Penyemaian garam pada bibit awan untuk menurunkan hujan pun bisa dilakukan di wilayah penyangga ibu kota.
“TMC bisa saja dilakukan di atas Bekasi, di atas Kepulauan Seribu, atau di atas Tangerang yang memungkinkan untuk membentengi Jakarta dari polusi udara,” ujarnya.
Berdasarkan laporan dari Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) menyebut, ada potensi bibit awan yang bisa digunakan untuk modifikasi cuaca pada 21 Agustus 2023 lalu.
Pj Gubernur DKI pun sudah bersurat ke Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) untuk melakukan TMC.
“Pak Pj Gubernur DKI sudah membuat surat ke BNPB untuk mohon dilakukan TMC. Tanggal 16 Agustus kemarin kalau tidak salah sudah ditandatangani,” kata dia.
Meski demikian, Isnawa mengaku tak mengetahui pasti apakah permohonan TMC yang diajukan kepada BNPB itu sudah disetujui atau belum.
“Dilakukan kapan saya agak kurang monitor, karena yang melakukan kan BNPB dan TNI AU,” tuturnya.
Sebagai informasi, masalah polusi udara di DKI Jakarta memang jadi sorotan dalam beberapa waktu terakhir ini.
Pasalnya, Jakarta beberapa kali dinobatkan sebagai kota terpolusi di dunia versi website pemantau kualitas udara IQAir.
Untuk mengatasi hal tersebut, surat nomor e-0008/TB.01.00 perihal permohonan teknologi modifikasi cuaca (TMC) yang ditujukan untuk Kepala BNPB Letjen TNI Suharyanto dikirim Heru Budi pada 16 Agustus 2023 lalu.