Viral di Media Sosial

Kisah Mulia Mantan Guru 22 Tahun Mengabdi Kini Jadi Tukang Pijat, Tak Pasang Tarif Walau Pas-Pasan

AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Irfan mantan guru yang membuka jasa pijat dengan tarif sukarela di Surabaya

TRIBUNJAKARTA.COM, JAKARTA - Sungguh mulia, mantan guru di Surabaya yang satu ini.

Setelah 22 tahun mengabdi sebagai tenaga pendidik, ia kini memilih adu nasib sebagai seorang tukang pijat di pinggir jalan.

Bahkan, ia tak pernah mematok tarif bagi pengguna jasanya meski terkadang penghasilannya juga pas-pasan.

Diketahui, mantan guru ini bernama Irfan.

Irfan menjadi viral setelah momen dirinya yang sedang menawarkan jasa pijat di pinggir jalan, diunggah oleh akun Tiktok @bukhan.arrabb baru-baru ini.

"Pas lagi mau nyari bp bakul es, malah nggak sengaja lihat bapak2 yang lagi duduk di sudut Jl. Tunjungan 1," begitu bunyi deskripsi dalam video yang diunggah tersebut.

Dalam video itu, tampak Irfan yang sedang duduk termenung malam-malam di sudut jalan Tunjungan 1.

Tanpa alas tikar ataupun kursi, Irfan hanya duduk di atas aspal jalan dengan tatakan berupa sandal yang ia gunakan.

Terlihat sebuah potongan kardus di sebelahnya, yang tertulis informasi bahwa ia membuka jasa pijat.

'Pijat kaki atau tangan' begitu tulisannya.

Tepat di bawah tulisan itu, terdapat nomor telepon Irfan yang bisa dihubungi.

Kata Irfan, dirinya menerima jasa panggilan pijat bagi warga sekitaran lokasi itu.

Penelusuran TribunJakarta.com, dahulu Irfan merupakan seorang guru yang mengajar olahraga di salah satu SD swasta di Surabaya.

Ia berprofesi sebagai guru sejak tahun 2000.

Namun karena faktor usia, Irfan harus pensiun di tahun 2022 lalu.

Semenjak itu, ia harus mencari cara lain untuk bisa bertahan hidup bersama keluarganya.

Terlebih, ia memiliki tiga orang anak yang masih kecil-kecil dan harus dibiayai.

"Yang pertama, anak saya baru lulus SMK, sedangkan anak kedua itu masih SMP kelas 3, dan anak ketiga baru kelas 6 SD. Perjalannya masih panjang, anak kedua dan ketiga pun lulusnya barengan. Anak kedua masuk SMA, anak ketiga masuk SMP," kata Irfan bercerita pada TribunJakarta.com, Kamis (19/10/2023).

"Makanya saya berjuang untuk mereka, kelulusan ini yang butuh biaya banyak. Oleh sebab itu, saya semangat untuk anak. Tiap malam saya mesti ke sana untuk mencari uang," tambahnya.

Irfan tinggal di Jalan Peneleh, Surabaya, bersama istri dan ketiga anaknya.

Diakui Irfan, istrinya sebenarnya turut membantu ia dalam menambah penghasilan keluarga.

Istrinya bekerja sebagai admin di sebuah yayasan, tetapi gajinya tak sampai Rp 1 juta perbulan.

Sebagai kepala keluarga, Irfan memilih untuk mengadu nasib di jalan demi bisa membiayai keluarganya.

Tak pernah mau pasang tarif walau pas-pasan

Awalnya, kata Irfan ia belajar pijat dari salah satu pamannya yang punya keahlian di bidang tersebut.

Irfan mengakui bahwa membuka usaha pijat di pinggir jalan tidak selalu ramai pelanggan.

Jika sedang ramai, ia bisa melayani pijat hingga 4 orang dalam sehari.

Pelanggannya terkadang berasal dari tamu-tamu hotel yang tak jauh dari tempat ia biasa mangkal.

Tetapi kalau lagi sepi, ya disyukuri saja.

Meski penghasilannya tak seberapa, Irfan tak pernah memasang tarif untuk jasa pijatnya itu.

Kata Irfan, ia membuka jasa pijat untuk siapa saja yang membutuhkan tanpa ada nominal tarif.

"Biarkan mereka membayar sesuai dengan kemampuan mereka," tutur Irfan.

"Kadang pasien-pasien saya bertanya, 'seikhlasnya tuh berapa Pak?' ya saya gambarkan seperti sampean mau ke masjid, lalu mau sedekah, itu kan sesuai dengan hati sampean,"

"Memang waktu saya belajar sama guru saya, paman saya itu sudah dipesenin, kalau bisa jangan masang tarif. Saya bilang, memang niat saya gak pasang tarif. Katanya 'oke bagus, silakan' gitu," kata dia,

Pernah suatu ketika, Irfan mendapat pelanggan yang tidak punya uang.

Sejara jujur, pelanggan itu berucap bahwa hanya mampu membayarnya dengan sedikit uang yang dimiliki.

"Dia bilang 'Pak saya cuma bisa bayar segini', ya saya bilang wis gakpapa. Memang ucapan saya itu sukarela kok," katanya.

Tanpa diduga-duga, ternyata pelanggannya itu menemui Irfan kembali setelah satu minggu kemudian.

Pelanggannya itu tiba-tiba saja memberikan sejumlah uang.

"Loh, saya gak ngarepin toh. Gak usah," kata Irfan menceritakan ucapannya kala itu.

"Tapi dia menghampiri saya, kasih uang itu. Kata dia, 'engga-engga Pak, gak apa apa, malah saya gak enak' yasudah saya terima saja," kata Irfan.

Irfan biasa mangkal di dua lokasi setiap malam.

Pukul 20.00 - 22.00 waktu setempat, ialah mangkal di depan Jalan Tunjungan 1, Surabaya.

Sedangkan pukul 22.00 - 00.00 waktu setempat, ia berpindah ke sekitar Hotel Platinum Surabaya.

Ia biasa mangkal setiap hari kecuali hari Kamis.

"Pagi harinya, saya lakukan apa saja yang bisa saya lakukan di rumah. Kalau ada telepon panggilan pijat, ya saya datangi kemana," kata dia.

Baca artikel menarik lainnya di Google News.

Berita Terkini