TRIBUNJAKARTA.COM - Kepergian seorang bocah bernama Awan (10) ternyata benar-benar meninggalkan luka mendalam bagi para tetangga.
Diketahui Awan meninggal dunia setelah dianiaya oleh ayah kandungnya bernama Usman (44), di depan rumah mereka di Muara Baru, Penjaringan, Jakarta Utara.
Usman menampar pipi sebelah kanan Awan.
Kemudian,Usman menendang bokong Awan hingga tersungkur.
Tak berhenti sampai di situ, Usman mengangkat dan membanting Awan ke aspal hingga tak sadarkan diri.
Saat menghadiri pemakaman Awan, pada Kamis (14/12/2023), salah satu tetangga menyebut bocah tersebut sangat disayangi oleh warga.
"Dia lebih-lebih dari artis kayaknya. Karena kita sayang sama dia. Kalau dibilang peduli, pedulian tetangganya kali daripada bapaknya,” kata salah satu tetangga.
Tetangga tersebut lalu mengaku heran dengan ibunda H yang tidak menangis.
“Salut saya sama ibunya, dia enggak nangis. Lah, kita yang enggak punya hubungan darah malah nangis,” ucap warga yang matanya membengkak saat mengenang sosok A dalam kesehariannya.
Meski merupakan penyandang disabilitas karena kesulitan berbicara, A selalu berinisiatif mencari uang untuk keluarganya.
“Wah aktif banget dia. Jadi, dia ini kayak ‘tulang punggung keluarga’. Maksudnya, dia mau bekerja untuk membantu keluarganya,” kata Istri Ketua RT setempat bernama Haria (39).
“Misalnya dia dikasih uang atau makan sama orang, dia selalu bawa pulang, kasih ke ibunya dan adiknya yang paling kecil. Dia selalu prioritaskan buat ibunya dari uang imbalan yang dia dapatkan,” imbuh dia.
Lalu seorang petugas Penanganan Prasarana dan Sarana Umum (PPSU) Kelurahan Penjaringan bernama Juanda membenarkan, hampir setiap hari A bermain di Kantor Kelurahan Penjaringan.
Di matanya Awan adalah anak yang sangat baik.
“Sumpah, dia baik banget sama kita-kita. Saya pun heran. Pernah, kita lagi kumpul, tiba-tiba A beli air mineral, banyak banget, terus kasih ke kita. Itu pakai uang dia sendiri,” ungkap Juanda.
Dalam satu kesempatan, Awan sempat mengaku kepada petugas PPSU Kelurahan Penjaringan bahwa dia ingin sekali menjadi petugas pemadam kebakaran.
“Dia paling senang nonton damkar di YouTube. Karena dia cita-citanya pengin jadi petugas damkar,” pungkas Juanda.
Pernah Tersiram Air Panas
Anak ketiga dari empat bersaudara itu sempat tersiram air panas saat usianya masih delapan bulan.
“Waktu usia delapan bulan, dia kan belajar jalan, sedang merembet, ada dispenser, nah ditariklah dan tersiram. Untungnya kemaluannya enggak kena,” ungkap Haria.
Hal ini lah yang menyebabkan Awan kesulitan berbicara sampai akhir hayatnya.
Awan mengatakan, anaknya menjalani perawatan kurang lebih satu tahun setelah tersiram air panas.
Setelahnya, Awan sempat menjalani terapi berbicara.
Namun, hasilnya tidak memuaskan sehingga A kesulitan berinteraksi secara verbal terhadap orang lain.
Sementara itu, Awan juga pernah mengemban pendidikan di salah satu sekolah dasar (SD).
Namun, Awan tidak melanjutkan pendidikan setelah beberapa minggu berjalan.
“Keluar (dari sekolah). Nah, dioper ke sekolah luar biasa (SLB). Cuma, karena kejauhan, faktor yang antar enggak ada, enggak selesai,” ungkap Haria.
“Dia (Awan) sarafnya juga sudah enggak bisa menyangkut pelajaran,” timpal H.
Baca artikel menarik lainnya TribunJakarta.com di Google News