Pertuni DKI Ungkap Cuma Terminal Pulo Gebang yang Ramah Disabilitas, Simak Sejarahnya

AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Kondisi di Terminal Pulo Gebang, Cakung, Jakarta Timur, Minggu (19/5/2019). Pertuni DKI Jakarta mengungkapkan hanya Terminal Pulo Gebang yang ramah disabilitas. Simak sejarah Terminal Pulo Gebang.

Laporan Wartawan TribunJakarta.com, Bima Putra

TRIBUNJAKARTA.COM, JATINEGARA - Persatuan Tunanetra Indonesia (Pertuni) DKI Jakarta mengungkapkan hanya Terminal Pulo Gebang yang ramah disabilitas.

Terkuak sejarah Terminal Pulo Gebang yang menghabiskan dana sebesar 450 miliar rupiah.

Diketahui, Ketua Pertuni DPD DKI Jakarta, Ajad Sudrajad menyoroti kondisi terminal menjelang mudik Idulfitri 1445 Hijriah yang tidak ramah disabilitas.

Dari tujuh terminal di DKI Jakarta yang digunakan untuk melayani angkutan mudik, hanya satu dinilai ramah terhadap penyandang disabilitas secara aksesibilitas.

Ajad Sudrajad mengatakan hal ini berdasar hasil pemantauan dilakukan pada terminal dalam rangka mengecek kesiapan mudik Idulfitri 1445 Hijriah.

"Kalau secara bangunan terminal masih jauh dalam hal akses untuk teman-teman disabilitas. Karena rata-rata struktur bangunan seperti loket ada di atas," kata Ajad, Kamis (28/3/2024).

Suasana Terminal Pulo Gebang, Jakarta Timur, Selasa (24/1/2017) (Kompas/Wawan H Prabowo)

Dia mencontohkan letak loket pemesanan tiket perusahaan otobus antar kota antar provinsi (PO AKAP) di Terminal Kampung Rambutan, Ciracas, Jakarta Timur yang berada di lantai dua.

Letak loket PO ini menyulitkan penyandang disabilitas tunanetra dan tunadaksa, khususnya bila untuk menjangkau lantai dua di terminal tidak terdapat lift atau eskalator.

Hanya Terminal Terpadu Pulogebang, Cakung, Jakarta Timur yang dinilai sudah ramah penyandang disabilitas karena menyediakan lift, eskalator, dan ubin pemandu cukup memadai.

"Kalau soal akses masih jauh. Kecuali Pulogebang, itu sudah mendekati. Walaupun masih ada kekurangan tapi sudah mendekati. Kalau yang lain belum, masih jauh," ujarnya

Ajad menuturkan dari seluruh terminal di DKI Jakarta baru Terminal Terpadu Pulogebang yang ramah terhadap penyandang disabilitas, sementara lainnya tidak aksesibilitas.

Selain masalah loket PO AKAP, Pertuni DPD DKI Jakarta juga menyoroti petugas Dinas Perhubungan di masing-masing terminal yang kurang tanggap terhadap penyandang disabilitas.

"Makannya salah satu rekomendasi yang saya minta Dewan Transportasi Kota Jakarta di antaranya kita minta dibuatkan posko untuk penanganan disabilitas (di terminal)," tuturnya.

Sejarah Terminal Pulo Gebang

Kondisi di area keberangkatan Terminal Terpadu Pulo Gebang jelang larangan mudik pada 6-17 Mei 2021 berlaku di Jakarta Timur, Minggu (11/4/2021). (TRIBUNJAKARTA.COM/BIMA PUTRA)


Dikutip dari Wartakota, Terminal Pulo Gebang baru dibangun tahun 2009. Namun sebenarnya Terminal Pulo Gebang sudah dirancang sejak tahun 2001 oleh arsitek Paul Tanjung Tan.

Pada sejarah Terminal Pulo Gebang, proyek ini diprakarsai oleh Dinas Perhubungan dan Transportasi Provinsi DKI Jakarta dan menghabiskan dana sebesar 450 miliar rupiah.

Terminal ini dibangun untuk menggantikan fungsi Terminal Pulo Gadung yang sudah tidak layak serta menghilangkan terminal bayangan di Jakarta yang selama ini menjadi penyebab kemacetan.

Terminal Pulo Gebang dibangun sebagai terminal percontohan di Indonesia karena menyediakan fasilitas transportasi yang nyaman, aman, dan aksesibel.

Meski sudah dibangun sejak tahun 2009, Terminal Pulo Gebang baru diresmikan 28 Desember 2016 tepatnya saat arus mudik Natal dan Tahun Baru.

Kemudian mulai akhir Januari 2017, seluruh bus antarkota (kecuali tujuan Jawa Barat) diwajibkan masuk ke Terminal Pulo Gebang untuk aktivitas naik dan turun penumpang.

Terminal Pulogebang juga terhubung dengan moda transportasi Transjakarta. Mulai 1 Februari 2017, PT. Transportasi Jakarta mengoperasikan empat rute baru bus feeder Transjakarta dari lima titik terminal di DKI Jakarta menuju Terminal Terpadu Pulo Gebang, Jakarta Timur.

Saat ini Terminal Bus Terpadu Sentra Timur Pulo Gebang masuk ke dalam jenis terminal bus tipe A.

Letak Terminal Pulo Gebang berada di Kelurahan Pulo Gebang Kecamatan Cakung, Kota Jakarta Timur.

Saat ini Terminal Pulo Gebang menjadi terminal bus terbesar se-Asia Tenggara. Bentuk dan fasilitas Terminal Pulo Gebang pun seperti Bandara.

Terminal Pulo Gebang dibangun di atas tanah 9 hektare dengan 100 ribu meter persegi yang di antaranya berupa bangunan.

Terminal Pulo Gebang memiliki empat lantai dan dilengkapi dengan lift, eskalator, pintu otomatis, dan CCTV.

Di lantai pertama tedapat Masjid Darul Musyarifin yang bisa menampung 700 jemaah, area komersial, ruang loker, dan toliet.

Lantai dua digunakan untuk loket tiket bus AKAP, bus transjakarta, dan ruang pengumuman. Lantai tiga berisi foodcourt dengan 54 kios.

Sementara lantai empat menjadi kantor pengelola terminal dan ruang perwakilan PO bus dan control room.

Bangunan tersebut juga memiliki empat blok. Blok A berfungsi untuk tempat istirahat awak bus.Luas blok A mencapai 996 meter persegi.

Blok A memiliki sembilan pintu dengan jalur 28 unit bus, dan luas 1.824 meter persegi.

Blok B berfungsi untuk ruang tunggu penumpang. Blok tersebut juga menjadi tempat keberangkatan bus AKAP.

Blok C digunakan sebagai tempat kedatangan bus AKAP dan bus dalam kota. Luasnya mencapai 2.880 meter persegi dengan 14 pintu dan 16 jalur bus dalam kota.

Blok D merupakan gedung bagi area bus transjakarta. Luas blok D mencapai 409 meter.

Blok tersebut merupakan tempat beroperasinya transjakarta koridor 11, yang melayani rute Kampung Melayu-Pulogebang.

Pun terdapat area parkir motor atau mobil pribadi luas di pelataran terminal.

Puluhan perusahaan bus dengan puluhan rute berbeda datang dan berangkat dari terminal

Dari Terminal Pulo Gebang, penumpang bisa memilih berbagai rute tujuan antarprovinsi mulai dari ke Jawa Barat seperti Cirebon, Kuningan, dan Tasikmalaya.

Penumpang juga bisa ke Jawa Tengah, Yogyakarta, Jawa Timur, Bali, Nusa Tenggara Barat hingga Sumatera.

Di Terminal Pulo Gebang juga menjadi tempat transit bagi banyak perusahaan bus ke seantero Indonesia dari Jakarta. Malah, tak sedikit juga yang turun atau melewati tempat wisata.

Misalnya saja salah satu PO langsung menuju ke Candi Prambanan.

Terminal Pulo Gebang bisa jadi salah satu terminal aman karena memiliki 64 CCTV serta Pos keamanan bersama polisi, Garnisun TNI, dan Satpol PP di setiap sisi terminal.

Selain itu di Terminal Pulogebang juga terdapat fasilitas penginapan berukuran sekitar 3x2 meter tersebut dilengkapi fasilitas kasur, AC, serta kamar mandi di bagian luar.

Fasilitas itu sudah ada sejak akhir 2020. Fasilitas penginapan ini biasanya karena transit atau tiba di terminal terlalu awal atau sudah larut malam untuk pulang ke rumah.

Total ada 15 bilik kamar di Terminal Pulo Gebang. Kamar itu hanya bisa menampung satu orang dewasa saja. Untuk kamar pria dan wanita tetap terpisah walaupun berstatus suami istri.

Dapatkan Informasi lain dari TribunJakarta.com via saluran Whatsapp di sini.

Baca artikel menarik TribunJakarta.com lainnya di Google News

Berita Terkini