Seputar Mama

Darurat Global Virus Mpox, Bolehkah Ibu Menyusui Tetap Memberikan Bayinya ASI Jika Terinfeksi?

Editor: Siti Nawiroh
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Ilustrasi ibu menyusui. Mpox bisa diderita siapa saja, termasuk ibu yang sedang menyusui.

TRIBUNJAKARTA.COM - Apakah ibu yang menyusui boleh tetap memberikan ASInya kepada bayi walau terinfeksi cacar monyet alias Mpox?

Kementerian Kesehatan RI mengungkapkan penyakit cacar monyet atau Mpox di Indonesia sudah muncul 88 kasus selama 2022- 2024. 

Di antaranya 74 kasus hingga 2023, dan 14 kasus di 2024 di mana 59 kasus terjadi di Jakarta.

Kemenkes telah mengeluarkan Surat Edaran yang mengatur terkait langkah-langkah kewaspadaan dan pencegahan penyakit ini dan Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) pun telah menetapkan sebagai darurat kesehatan global.

Dikutip dari Kemenkes, Mpox dapat menyebabkan berbagai tanda dan gejala. 

Sementara beberapa orang memiliki gejala ringan, yang lain mungkin mengalami gejala yang lebih berat dan memerlukan perawatan di fasilitas kesehatan. 

Mereka yang berisiko lebih tinggi untuk penyakit yang lebih parah atau komplikasi termasuk orang-orang yang sedang hamil, anak-anak dan orang-orang dengan penyakit kekebalan tubuh.

Gejala biasanya berlangsung antara 2-4 minggu dan biasanya sembuh sendiri. 

Namun pada beberapa individu, dapat menyebabkan komplikasi medis.

Mpox bisa diderita siapa saja, termasuk ibu yang sedang menyusui.

Kemenkes menyebut, ibu yang sedang menyusui harus berkonsultasi ke fasilitas kesehatan.

Bagaimana Cara Cacar Monyet Menular dari Hewan ke Manusia? Simak Juga Orang yang Beresiko Kena Mpox

Jika memungkinkan untuk terus menyusui dan melakukan kontak, maka petugas akan memberikan saran untuk mengurangi risiko penularan seperti menutupi luka dan mengenakan masker.

Kemeskes mengatakan, saat ini belum diketahui apakah virus mpox dapat menular dari orang tua ke anak melalui ASI.

Bagaimana bisa menular dari hewan ke manusia?

Masih dikutip dari web Kemenkes, Mpox dapat menular ke manusia melalui kontak fisik dengan hewan terinfeksi.

Biasanya adalah hewan pengerat dan primata.

Risiko tertular mpox dari hewan dapat diturunkan dengan meminimalisir/menghindari kontak dengan hewan liar, terutama hewan sakit atau mati – termasuk daging dan darahnya.

Sedangkan, Mpox menyebar dari orang ke orang melalui kontak erat dengan seseorang yang memiliki ruam mpox, termasuk melalui kontak tatap muka, kulit ke kulit, mulut ke mulut atau mulut ke kulit, termasuk kontak seksual.

WHO masih mempelajari tentang berapa lama orang dengan mpox dapat menularkan. 

Untuk situasi saat ini, penderita dapat menularkan sampai sampai semua lesi mereka berkerak, keropeng telah jatuh dan lapisan kulit baru telah terbentuk di bawahnya.

Lingkungan dapat terkontaminasi virus monkeypox, misalnya ketika orang yang terinfeksi menyentuh pakaian, tempat tidur, handuk, benda, elektronik, dan permukaan. 

Orang lain yang menyentuh barang-barang ini kemudian dapat terinfeksi. 

Dimungkinkan juga untuk terinfeksi karena menghirup serpihan kulit atau virus dari pakaian, tempat tidur, atau handuk.

Bisul, lesi, atau luka di mulut dapat menular, artinya virus dapat menyebar melalui kontak langsung dengan mulut, percikan ludah/cairan hidung, dan mungkin melalui aerosol jarak pendek. 

Kemungkinan mekanisme penularan melalui udara untuk mpox belum dipahami dengan baik dan penelitian terus dilakukan.

Akses TribunJakarta.com di Google News atau WhatsApp Channel TribunJakarta.com. Pastikan Tribunners sudah install aplikasi WhatsApp ya

Berita Terkini