“Kalau masker, tidak pakai. Karena TKP tersebut adalah 80 persen ruang terbuka. Jadi masih dimungkinkan untuk sirkulasi udara,” ungkap Tessy saat dihubungi Kompas.com, Sabtu (19/10/2024).
“Masker dipakai jika pada ruang terbatas dan sepasang dengan tabung udara murni, namanya SCBA,” kata dia lagi.
Namun, Tessy memastikan Martinnus mengenakan alat pelindung diri lain seperti helm dan baju tahan api.
“Pakai itu, alat itu nozzle dan selang, APD itu helm, baju tahan api sama sepatu tahan panas. Pakai semua itu personel yang masuk TKP,” tegas Tessy.
Sementara itu, Tessy tidak bisa menyimpulkan soal penyebab Martinnius meninggal dunia.
“Apakah korban dampak dari kebakaran seperti asapnya? Nah itu medis yang tentukan. Kami hanya upayakan bawa korban ke faskes terdekat, secepatnya,” ujar Tessy.
Semakin Semangat Bongkar Korupsi
Dinas Pemadam Kebakaran dan Penyelamatan Depok memang tengah menjadi sorotan.
Sandi Butar Butar, salah satu petugas damkar, tengah melaporkan dinas tersebut ke Kejaksaan Negari Depok atas dugaan korupsi.
Ia sudah menerima surat pemanggilan untuk memberi keterangan soal dugaan penyelewengan anggaran di Dinas Damkar Depok tahun 2022-2024 sesuai laporan yang diajukan.
Sandi mengaku siap. Terlebih dengan wafatnya Martinnus, Sandi semakin bersemangat membongkar dugaan korupsi pada dinas yang berurusan dengan nyawa orang banyak.
"Enggak ada (persiapan). Apa adanya saja fakta lapangan dan cerita keterangan kebenaran fakta di lapangan," ungkap Sandi.
Sandi pun menyebut akan memperjuangkan perkara ini hingga tuntas.
"Saya terima apa pun. Demi teman saya yang meninggal kemarin, saya harus perjuangkan," ujar Sandi.
Sandi memastikan akan menghadiri pemeriksaan tersebut didampingi Kuasa Hukum Deolipa Yumara yang mewakili kurang lebih 80 petugas damkar honorer Kota Depok.
Pada laporannya, Sandi memperkirakan kerugian negara mencapai miliaran Rupiah.