Laporan Wartawan TribunJakarta.com Elga Hikari Putra
TRIBUNJAKARTA.COM - Uskup Agung Jakarta, Ignatius Kardinal Suharyo turut menyoroti praktik korupsi yang kian menjadi di Indonesia. Ia menyebut hal semacam itu terjadi karena pengingkaran jati diri sebagai manusia.
Hal itu disampaikan Kardinal Suharyo saat menjawab pertanyaan mengenai praktik korupsi yang kian marak dan ditetapkannya Sekjen PDIP, Hasto Kristiyanto sebagai tersangka oleh Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK).
"Kalau kembali kepada yang tadi saya sampaikan, itu karena jati dirinya di manusia yang korupsi itu jati diri yang paling dasar diingkari. Itu kalau kita omong soal konsep.
Sehingga macam-macam kepentingan lain yang melunturkan jati diri yang paling dasar. Kalau kita melihatnya secara konkret saya kira korupsi itu sesuatu realitas yang sangat-sangat kompleks," kata Kardinal Suharyo di Gereja Katedral Jakarta, Rabu (25/11/2024).
Kardinal Suharyo pun menyebut budaya masyarakat Indonesia saat ini masih cukup feodal.
"Saya ambilkan suatu contoh soal budaya, diingkari seperti apapun masyarakat kita itu budayanya adalah feodal. Tidak bisa disanggah, salah satu contoh dalam kebudayaan tertentu, realitas tertentu diciptakan untuk melestarikan feodalisme.
Nah ketika seseorang hidup sadar atau tidak sadar di dalam situasi feodal dia akan berpikir mengenai gengsi, mengenai kedudukan," jelas Kardinal Suharyo.
Menurutnya, dalam masyarakat feodal yang paling dicari adalah kedudukan. Karenanga, beragam cara dilakukan demi bisa mendapatkan posisi itu, termasuk dengan cara yang salah.
"Nah, kalau orientasi hidupnya seperti itu, tanpa disadari maka segala macam cara, dicari untuk mencapai yang dicari itu, entah itu kekuasaan, entah itu namanya gengsi, dan semua itu butuh uang. Jadilah korupsi," paparnya.
Selain itu, Kardinal Suharyo juga miris dengan situasi saat ini yang dianggapnya kasus korupsi digunakan sebagai alat untuk "membunuh" seseorang secara politis.
"Yang kedua, tentu saja sistem tata kelola negara ini. Kita semua melihat akhir-akhir ini korupsi itu malah dijadikan alat, untuk membunuh dalam tanda kutip ya, untuk mematikan orang, untuk menjegal orang.
Korupsi dibiarkan supaya nanti pada waktunya bisa digunakan untuk kepentingan tertentu. Nah, itu kan politik yang busuk sebetulnya dan segala macam cara," tuturnya.
Dalam pesan Natalnya, Keuskupan Agung Jakarta menyebut gereja terpanggil untuk memperkuat gerakan anti korupsi.
Kardinal Suharyo mengakui tantangan berat juga dihadapi gereja dari ancaman korupsi di dalamnya.