TRIBUNJAKARTA.COM - Pemecatan Shin Tae-yong dari kursi pelatih Timnas Indonesia menjadi pertaruhan luar biasa Ketua Umum PSSI Erick Thohir menatap Pilpres 2029.
Analisa itu disampaikan pengamat politik Adi Prayitno dikutip TribunJakarta.com dari akun Youtube Adi Prayitno Official, Selasa (7/1/2025).
Adi menuturkan Erick Thohir sebagai sosok yang sudah punya pengalaman cukup panjang di dunia sepak bola.
"Tentu akan menjadi pertaruhan yang cukup luar biasa kepada Pak Erick Thohir bukan hanya sebagai ketua umum PSSI tapi karir politiknya soal bagaimana menatap jalan panjang menuju 2029," kata Adi.
Adi menuturkan masih banyak masyarakat yang bertanya-tanya alasan Shin Tae-yong (STY) dipecat dari kursi pelatih Timnas Indonesia.
Mengingat, kata Adi, STY dinilai sebagai pelatih yang cukup spektakuler dan fenomenal serta bertangan dingin.
"Karena dinilai mampu membuat Timnas sangat kompetitif menjadi bergunjingan dan bahkan diperhitungkan bukan hanya di Asia tapi dalam konteks persepakbolaan internasional," ujar Adi.
"Karena Indonesia sampai hari ini masih memelihara harapan pada ajang sepak bola bergengsi yaitu Piala Dunia 2026. Tapi terlepas dari apapun susu sudah tumpah tak perlu lagi untuk diratapi," kata Adi.
Adi mengatakan satu diantara argumen pemecatan STY yakni kegagalan Timnas Indonesia pada Piala AFF 2024. Dimana, Garuda Muda tersingkir di babak awal Piala AFF.
Sedangkan figur STY, menurut Adi, nyaris tidak pernah bisa disentuh siapapun sebelum dipecat.
Adi mengungkit pihak yang mengkritik STY terkait strategi maupun naturalisasi pemain bakal menjadi bulan-bulanan netizen.
"Ini kan mengindikasikan satu hal bahwa STY itu adalah pelatih yang tidak bisa disentuh. Haram hukumnya siapun itu mengkritik STY sebagai sosok yang dinilai sukses telah membuat persepakbolaan kita itu jauh lebih bergengsi," katanya.
Tetapi kini, kata Adi, STY telah terlanjur diberhentikan dari kursi kepelatihan. Ia pun meminta fans sepakbola tidak mencari kambing hitam atau sosok yang bertanggungjawab atas pemecatan tersebut.
"Kita doakan semoga PSSI itu mendapatkan pelatih yang jauh lebih baik dari STY, mendapatkan pelatih kelas dunia yang bisa mengangkat Indonesia dan bisa bermain dalam Piala Dunia 2026," katanya.
Selain itu, Adi mengungkit pertaruhan Ketum PSSI Erick Thohir menuju Pilpres 2029. Mengingat, Indonesia diharapkan lolos ke Piala Dunia 2026.
Adi mengingat saat Erick Thohir awal menahkodai PSSI. Dimana, Menteri BUMN itu tancap gas mencari pelatih berkualitas yang memimpin Timnas Indonesia.
"Publik mengatakan Erick thohir adalah orang yang pas bukan hanya memimpin PSSI tapi juga memimpin Republik Indonesia," katanya.
Terlebih dalam Pilpres 2024, Adi mengatakan Erick Thohir hilir mudik sebagai sosok yang sangat layak untuk memimpin Indonesia.
Nama Erick Thohir populer dalam survei serta elektabilitasnya mucul secara signifikan.
"Oleh karena itu ketika STY tak lagi menjadi pelatih di Indonesia, Pak Erick Thohir tentu diharapkan mendapatkan pelatih yang kelas dunia kelas internasional," katanya.
Jalan Erick Thohir pada Pilpres 2029 cukup mulus bila Timnas Indonesia berprestasi. Apalagi, kata Adi, Mahkamah Konstitusi (MK) sudah membatalkan ambang batas presiden 20 persen.
Sehingga, Erick Thohir tidak kesulita mencari dukungan dari partai politik.
Tetapi, Adi juga mengingatkan Erick Thohir agar tidak tersandung seperti calon presiden Ganjar Pranowo pada Pilpras 2024.
"Kita semua masih ingat persis ketika adalah salah satu calon Presiden di 2024 itu habis dikuliti, dihabisi suaranya hanya gara-gara persoalan bola. Siapakah itu? Pak Ganjar Pranowo," kata Adi.
Adi menuturkan elektabilitas Ganjar Pranowo merosot
gara-gara menolak Timnas Israel bertanding di Indonesia.
Hal itu berujung pada pencoretan Indonesia sebagai tuan rumah Piala Dunia U20.
"Di situlah yang kemudian menjadi titik didih bagaimana publik, fans sepak bola di seluruh Indonesia menghukum Ganjar Pranowo yang awalnya punya popularitas tinggi, yang awalnya punya elektabilitas tinggi perlahan itu terjun bebas hanya karena persoalan sepak bola," katanya.
Alasan Erick Thohir
Erick Thohir menerangkan, sudah sejak lama memiliki bahan evaluasi terhadap kinerja Shin Tae-yong.
Terlebih target yang diberikan kepada Shin Tae-yong di Timnas Indonesia tak main-main.
Erick Thohir menyebut PSSI sudah mempunyai banyak pertimbangan untuk tidak melanjutkan kerja sama dengan pelatih berkebangsaan Korea Selatan itu.
Proses pergantian pelatih, kata Erick Thohir, merupakan hal biasa terjadi.
Terlebih negara-negara yang tengah berjuang lolos ke Piala Dunia.
“Saya rasa hal yang biasa," kata Erick Thohir dalam konferensi pers di Menara Danareksa, Jakarta, Senin (6/1/2025).
"Memang untuk posisi kualifikasi Piala Dunia ini banyak negara-negara mengganti pelatihnya, tinggal dihitung risikonya,” tambahnya.
Dalam prosesnya, proses untuk mengganti Shin Tae-yong berjalan dengan proses panjang.
PSSI sudah mengevaluasi kinerja Shin Tae-yong bahkan saat skuad Garuda sebelum ditumbangkan China di putaran ketiga Kualifikasi Piala Dunia 2026 zona Asia.
Saat itu, lanjut Erick, pemecatan masih belum tepat karena jarak yang mepet dengan dua laga selanjutnya, kontra Jepang dan Arab Saudi.
Setelah melalui rapat Exco, PSSI pun memutuskan untuk memecat Shin Tae-yong per awal Januari ini.
Jeda dua bulan setengah dinilai jadi waktu yang cukup bagi pelatih anyar nanti untuk melakukan persiapan menuju laga selanjutnya kontra Australia dan Bahrain pada 20 & 25 Maret 2025.
“Makanya saya ceritakan, sebelum pertandingan di China itu sudah terjadi dinamika yang cukup tinggi," ujar Erick Thohir.
"Kalau kita hitung-hitung, jika dilakukan saat itu, jarak ke pertandingan berikutnya cukup singkat,” ucap pria yang juga menjabat sebagai Menteri BUMN tersebut.
“Makanya hari ini yang terbaik. Risiko tentu ada, tetapi lebih baik ambil risiko daripada menyesal di kemudian hari,”
“Kemudian kita mencari figur yang bisa memberi ekstra effort dalam hal komunikasi, taktikal, dan lain-lain,” pungkasnya.
Akses TribunJakarta.com di Google News atau WhatsApp Channel TribunJakarta.com. Pastikan Tribunners sudah install aplikasi WhatsApp ya