Kala itu Fidya Kamalinda sedang mengandung.
"Saat hamil 4 bulan saya dipanggil Kepolisian Daerah Jawa Barat," ujar Fidya Kamalinda.
Proses mediasi antara Fidya Kamalinda dan orangtuanya berlangsung berbulan-bulan di Polda Jabar.
Melalui proses perdebatan yang panjang, Fidya Kamalinda tetap enggan kembali ke rumah orangtuanya.
"Aku bolak-balik selama berbulan-bulan, saat itu dimediasi oleh mereka (Polda Jabar)," ucap Fidya Kamalinda.
Melihat sikap keras orangtua Fidya Kamalinda, pihak kepolisian akhirnya mengerti alasan wanita itu enggan kembali ke orangtuanya.
"Syukurlah mereka sudah baik pada saya, memahami situasi saya," kata Fidya Kamalinda.
Fidya Kamalinda Korban Penganiayaan
Fidya Kamalinda membeberkan alasannya untuk kabur dari rumah.
Menurut pengakuan Fidya Kamalinda,sedari kecil dirinya menjadi korban penganiayaan ayahnya.
Fidya Kamalinda menyebut pertama kali dianiaya ayahnya di usia 5 tahun.
Penganiayaan tersebut terus berulang hingga ia beranjak dewasa.
Fidya Kamalinda menyebut penganiayaan tersebut terjadi karena ambisi ayahnya, agar sang putri bisa menghasilkan uang sebagai atlet Taekwondo.
"Saya tidak mengerti kenapa, mungkin karena dia mempunyai ambisi yang besar terhadap saya untuk menghasilkan uang, usahanya tidak mengalami kemajuan pada saat itu mungkin sampai sekarang," katanya.
Saking ambisinya sang ayah, Fidya Kamalinda mengaku kerap dibawa ke dukun setiap ingin bertanding.