Viral di Media Sosial

Kesaksian Mantan Panglima Preman Tanah Abang, Sebut Hercules Dulu Kendalikan Judi 'Bola-bola Setan'

AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

MASA LALU HERCULES - Mantan panglima Preman di Tanah Abang, Nicho Kilikily menyebut bahwa Hercules dulu memegang kendali perjudian bola-bola setan di bongkaran Tanah Abang. (Tangkapan layar GRIB TV dan Nusantara TV).

TRIBUNJAKARTA.COM - Teman seperjuangan Hercules, Nicholas Johan Kilikily, atau dikenal Nicho Kilikily memberikan kesaksiannya terkait sosok Hercules yang dulu sempat merajai Pasar Tanah Abang di Jakarta Pusat.

Kala itu, Nicho Kilikily, selalu mendampingi Hercules.

Ia dianggap seperti panglima perang yang menjadi tangan kanannya Hercules.

Nicho menceritakan sekelumit kehidupannya bersama Hercules di sana. 

Kaka Hercules, demikian dia dipanggil oleh Nicho, memegang sendiri kendali perjudian bola-bola setan.

"Kaka Hercules sendiri pegang bola-bola setan di bongkaran, judi. Jadi kita ada di seputaran itu," katanya kepada presenter Donny De Keizer seperti dikutip dari Nusantara TV yang tayang pada Rabu (8/5/2025).

Tak jarang, praktik perjudian yang mereka jaga diendus oleh aparat gabungan.

Bentrokan pun tak terelakkan. 

"Seringkali kan ada operasi gabungan, operasi gabungan itu melibatkan garnisun, polisi, Pol PP semua gabungan. Jadi, dia datang ramai-ramai, tiba-tiba razia senjata tajam atau senjata api," ceritanya.

Nicho yang kerap terlibat bentrokan dengan aparat membuat dirinya disegani oleh teman-temannya di sana. 

Sebab, ia selalu di garda terdepan melawan aparat acapkali terjadi bentrokan. 

"Kadang-kadang temen-temen juga salah kalau melihat lihat saya. Mereka kan biasa bilang saya berani, sebetulnya bukan berani. Saya itu pingin mati, tapi enggak jadi mati. Karena saya tidak mendapatkan kasih saya orang tua, jadi saat perang saya selalu di depan. Enggak mikir banyak, tetap maju."

"Ternyata enggak mati di tangan polisi, enggak mati di tangan preman, ya hidup sampai sekarang. Jadi, kita harus hidup bermanfaat buat orang-orang (sekarang)," pungkasnya. 

Sosok Hercules

Rozario Marshal alias Hercules sempat menjadi preman paling ditakuti di wilayah pusat perdagangan Tanah Abang, Jakarta Pusat.

Pria asal Timor Leste ini membangun "dinasti" premannya pada akhir 1980-an dan berjaya di pasar teskstil terbesar se-Asia Tenggara itu hingga 1996.

Akhir masa jayanya ditandai dengan perebutan kekuasaan oleh kelompok jago Betawi yang dipimpin oleh Muhammad Yusuf Muhi alias Ucu Kambing.

Sebelum hijrah ke Jakarta, Rozario bergabung dalam operasi tentara Indonesia untuk memperjuangkan wilayah Timor Timur, yang kini berubah nama menjadi Timor Leste.

Ia menjadi Tenaga Bantuan Operasi (TBO) dan mengemban tugas sebagai juru angkut logistik.

Sebelum "diadopsi" oleh militer Indonesia sebagai TBO, Rozario hanyalah seorang yatim piatu yang kehilangan kedua orangtuanya dalam pengeboman wilayah Ainaro di tahun 1978, seperti ditulis New Mandala.

Menurut Hercules, dia "berutang nyawa" kepada Prabowo Subianto yang kala itu menjabat sebagai kapten Komando Pasukan Khusus (Kopassus) di Timor Timur.

Hercules bahkan pernah berujar, "Prabowo adalah satu-satunya orang yang bisa menyerang saya tanpa saya mengangkat tangan untuk membalasnya."

Suatu hari saat mengirimkan logistik untuk tentara di Timor Timur, helikopter yang dinaiki Hercules mengalami kecelakaan.

Tangan kanannya terluka parah hingga ia harus dilarikan ke Jakarta dan menjalani perawatan di Rumah Sakit Pusat Angkatan Darat (RSPAD) Gatot Soebroto, Jakarta Pusat.

Namun, nahas, tangan kanannya tidak bisa tertolong dan harus diamputasi.

Tak tahan dengan perawatan di RSPAD, Hercules pun kabur dari rumah sakit.

Ia akhirnya terjerumus ke dalam "lembah hitam" Tanah Abang.

"Saya merebut daerah hitam (Tanah Abang) melalui pertarungan sengit. Hampir tiap malam ada orang mati (di sana)," kenang Hercules, seperti dilansir Tribun-Timur.com.

Bersama teman-temannya dari Timor Timur, Hercules kemudian membangun daerah kekuasaannya di Tanah Abang.

Kelompok yang tadinya kecil itu tumbuh sangat masif.

Ia bahkan pernah membawahi hampir 17.000 "personel" yang tersebar di seluruh wilayah Jakarta.

Hercules menyebut Tanah Abang sebagai daerah tak bertuan, di mana kerap terjadi pembacokan dan perkelahian antarpreman.

"Waktu itu saya masih tidur di kolong-kolong jembatan. Tidur enggak bisa tenang. Pedang selalu menempel di badan. Mandi juga selalu bawa pedang sebab setiap saat musuh bisa menyerang," ungkapnya.

Meski tubuhnya kecil, nyali laki-laki kelahiran Timor Timur ini diakui sangat besar.

Dalam tawuran antarkelompok, Hercules sering memimpin langsung.

Ia bahkan dikenal sebagai preman yang tak bisa mati karena selalu berhasil lolos dari maut.

Hercules pernah dibacok 16 kali hingga harus menjalani perawatan di ICU, tetapi ternyata nyawanya tetap bisa diselamatkan.

Dalam suatu perkelahian, sebuah peluru menembus matanya hingga ke bagian belakang kepala.

Namun, hal tersebut tak juga membuat nyawa pria berambut keriting itu tamat.

Hercules mengaku sudah tobat sejak tahun 2006.

Kini, pria tersebut menapaki dunia bisnis di bidang perkapalan dan perikanan.

“Manusia hidup sementara. Mati akan dipanggil satu-satu, tinggal menunggu kematian. Sekarang saya sadar, saya bertobat, masuk dunia bisnis, dan membantu manusia yang membutuhkan,” kata Hercules.

Ayah tiga anak itu juga membuat ormas yang disebutnya sebagai Gerakan Rakyat Indonesia Baru (GRIB).

Dengan ormas ini, Hercules berharap dapat membantu masyarakat lainya yang terkena musibah.

Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul ""Utang Nyawa" Eks Preman Tanah Abang Hercules kepada Prabowo Subianto", 

Akses TribunJakarta.com di Google News atau WhatsApp Channel. Pastikan Tribunners sudah install aplikasi WhatsApp ya

Berita Terkini