TRIBUNJAKARTA.COM - Pengamat politik Yunarto Wijaya berdebat dengan Ketua Solidaritas Merah Putih, Silfester Matutina soal usulan Forum Purnawirawan TNI yang mengusulkan pemakzulan Wakil Presiden Gibran Rakbuming Raka.
Debat itu terjadi di program Sapa Indonesia Malam, Kompas TV, Rabu (7/5/2025).
Menurut Yunarto, Silfester berbicara dengan logika yang rusak.
Silfester tidak membedah argumentasi usulan Forum Purnawariawan yang ingin Wakil Presiden, Gibran Rakabuming Raka, dimakzulkan, tetapi malah sibuk berbicara latar para purnawirawan itu.
"Saya ingin mengomentari apa yang disebut Bang Silfester tadi ya, menurut saya gak tepatlah, janganlah kemudian usulan-usulan seperti ini dilihatnya dengan logika argumentum ad hominem bahwa siapa yang bicara lalu punya kepentingan gak usah didengerin, gak bisa," kata Yunarto saat satu forum dengan Silfester di program Sapa Indonesia Malam, Kompas TV, Rabu (7/5/2025).
Yunarto menegaskan, siapapun berhak bicara tanpa melihat latar belakang dukungan saat Pilpres 2024 lalu.
"Semua orang mau kalah Pemilu mau menang Pemilu punya hak yang sama memberikan usulan. Yang perlu dilihat adalah argumentasinya, apakah konstitusional atau tidak," papar Yunarto.
"Jadi jangan kemudian menggunakan logika Bung Silvester. Kalau logika Bung Silfester dipakai, semua pendukung Ganjar sama Anies gak boleh kasih usulan apapun. Itu menurut saya logika yang salah," lanjut paparnya.
Yunarto tidak memungkiri, dirinya sama dengan Silfester tidak menyetujui usulan poin ke-8 para purnawirawan.
Menurutnya, tidak ada basis hukum untuk pemakzulan Gibran saat ini.
"Tetapi saya mau mengatakan bahwa alasan yang dikemukakan oleh forum yang mengusulakn poin ke delapan Gibran dimakzulkan itu tidak tepat kalau memakai argumentasi masa lalu yang sudah jelas, walaupun kontroversial, ya sudah kan kita harus terima kenyataannya," jelas Yunarto.
Kendati demikian, Yunarto menganalisis, munculnya usulan pemakzulan adalah endapan dari rentetan peristiwa politik yang membuat masyarakat gelisah.
"Ini kan rentetan dari isu matahari kembar, isu cawe-cawe, isu bagaimana possitioning dari Pak Jokowi."
"Ada ketakutan dari pendukung Prabowo atau masyarakat, diatur-atur gak nih oleh presiden sebelum, ada gak cawe-cawe dari presiden sebelum."
"Kita belajar dari sejarah. Kita terima Pak Prabowo dan Mas Gibran dipilih, tapi jangan mengulangi hal-hal yang melanggar etika yang menimbulkan polemik tak berkesudahan, kasihan siapapun yang terpilih akhirnya menghabiskan energi seperti ini," jelasnya.