MBG di Tangsel Bukan Nasi dan Lauk Tapi Beras hingga Telur Puyuh, Ini Alasannya

AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

BEDA MENU MBG - Kolase foto (kiri) Menu makan bergizi gratis mewah ala Wapres RI terpilih Gibran Rakabumi Raka yang dibagikan Pemprov DKI Jakarta di SMAN 70 Jakarta Selatan, Rabu (9/10/2024) dan (kanan) menu makan program makan bergizi gratis (MBG) di Tangerang Selatan.

TRIBUNJAKARTA.COM - Ada yang berbeda dari menu Makan Bergizi Gratis di sejumlah sekolah di Tangerang Selatan (Tangsel).

Siswa tidak mendapat nasi dan lauk-pauk seperti sebelumnya, melainkan beras hingga telur puyuh.

Satuan Pelayanan Pemenuhan Gizi (SPPG) Yayasan Mualaf Indonesia Timur (Yasmit) Ciputat Timur, yang bertanggung jawab atas paket MBG itupun angkat bicara.

Potret MBG bahan mentah itu sebelumnya sempat viral di media sosial.

"Saat ini ada 18 sekolah. Total penerima ada 4.075 siswa," kata Kepala SPPG Yasmit Ciputat Timur, A Basiro kepada Kompas.com, Rabu (18/6/2025).

Basiro menjelaskan, pihaknya memberikan MBG bahan mentah karena saat ini siswa sedang libur, atau menjalani class meeting, atau ujian.

"Terkait menu MBG di SPPG Kota Tangerang Selatan-Cempaka Putih yang viral, beras diberikan dalam bentuk mentah agar dapat dibawa pulang dan disimpan lebih lama," ujar dia.

Dia menyebut, paket MBG harus tetap disampaikan meskipun kegiatan belajar mengajar (KBM) sedang tidak berlangsung seperti biasa.

"Arahan dari pusat untuk tetap memberikan paket makanan, bisa seperti Ramadan kemarin dengan kreativitas masing-masing Kepala SPPG dan ahli gizi," kata dia.  

Meski demikian, Basiro mengaku tidak menggunakan makanan kemasan.

Hal ini untuk menghindari penggunaan bahan pengawet, pewarna, dan pemanis buatan, serta meminimalisir konsumsi ultra-processed food. 

Menurut Basiro, pihaknya memberikan makanan real food yang lebih sehat dan alami.

"Beras diberikan mentah agar bisa dimasak sendiri di rumah sesuai kebutuhan. Sedangkan lauk pauk sudah disiapkan dalam kondisi matang," terang dia.

Basiro menambahkan, pihaknya juga menghindari penggunaan makanan beku karena khawatir siswa lupa menyampaikannya kepada orang tua, sehingga bisa menyebabkan makanan basi dan tidak dapat dikonsumsi.

 "Mengingat sekolah sudah libur, class meeting pulang awal. Guru-guru pun tidak menyanggupi, hingga wali murid yang mewakili anaknya mengambil ke sekolah," tuturnya.

Halaman
12

Berita Terkini