Selain mendapat penghasilan dari mengajar, Alif juga bersyukur mendapatkan uang sekitar Rp 3 juta dari program beasiswa Bidikmisi dan Beasiswa Salman ITB setiap bulan.
"Saya hanya mengambil uang Rp 11 ribu setiap harinya. Rp 10 ribu untuk bensin PP Baleendah - ITB yang berjarak sekitar 16 KM dan Rp 1 ribu parkir di Masjid Salman (karena cuma Salman yang parkirnya Rp 1 ribu," tulisnya.
Agar ngirit, Alif membawa bekal setiap hari.
Ia jarang sekali mengeluarkan uang untuk jajan.
Bahkan, Alif juga jarang mengikuti acara-acara kampus yang membutuhkan biaya.
"Memang betul seperti di film sedikit sekali waktu untuk diri sendiri. Tapi, alhamdulilah Allah mudahkan, semua terlalui sampai semester 8," katanya.
Ia pun mulai merasa kehidupannya lambat laun membaik saat berada di semester 8.
Alif bertemu sahabatnya, Adit yang kelak membangun bimbingan belajar bernama Cerebrum.
Setelah lulus kuliah S1, Alif langsung melanjutkan pendidikan S2 lewat program fast track.
Lewat program percepatan studi itu, ia menempuh pendidikan dalam waktu lebih singkat.
Umrahkan dan belikan rumah sang ibu
Setelah lulus dan sukses dengan usaha bimbelnya, Alif tak lupa dengan ibundanya.
Ia membelikan rumah sang ibu, yang selama 40 tahun hidup mengontrak dan mengumrahkannya.
Selain itu, ia juga menikah dan kini telah memiliki dua anak, tempat tinggal dan kendaraan yang layak.
"Pak, ternyata aku bisa melewatinya. Bahagia ya pak di surga nanti kalau kita udah ketemu bakal diceritakan semuanya pak," katanya.
Alif tak henti-hentinya bersyukur kepada sang pencipta atas semua karunia yang diberikannya.