TRIBUNJAKARTA.COM - dr. Tirta buka suara terkait kasus dokter RSUD Sekayu, dr. Syahri Putra Wangsa, yang diintimidasi secara verbal hingga dipaksa buka masker oleh keluarga pasien VIP.
Tirta membela dr Syahpri bahwa tindakan sejawatnya itu sudah sesuai SOP.
Semestinya, keluarga pasien tidak melampiaskan kemarahan dengan kekerasan.
Ia mengaku kecewa dengan perilaku keluarga pasien yang mengancam hingga melakukan kontak fisik kepada dr Syahpri.
"Pada dasarnya protokol sejawat saya sudah benar, sudah sangat benar," katanya.
Semestinya, kata Tirta, keluhan soal antrean atau administrasi disampaikan melalui media resmi rumah sakit seperti kotak kritik dan saran atau humas.
dr Tirta lalu menyindir keras aksi keluarga pasien tersebut.
Bahkan, dr Tirta berandai jika perlakuan kasar itu dialaminya, ia akan balik menyerang.
"Kalau saya yang dipukul, mending sparing MMA tapi enggak ada rule. Nanti tukang parkir ikut, sekuriti ikut. Yang kasihan pasiennya," ujarnya.
Selain itu, ia memiliki alternatif lainnya jika mengalami kejadian serupa.
Dengan gaya khasnya yang ceplas ceplos, ia menantang pelaku untuk berlari nyaris half marathon.
"Kalau saya digituin, mungkin saya 'puh' (gerakan meludah). Atau malah saya ajak lari 20 KM. Kalau senior saya yang jago tinju dipukulin, mak bleng itu," ujarnya.
Ia mendukung penuh proses hukum kasus ini agar menjadi pelajaran atau efek jera bagi pelaku.
"Jangan sampai kejadian ini terulang lagi. Kendalikan emosi, karena tujuan kita sama, pasien cepet sembuh," pungkasnya.
4 Saksi diperiksa
Sebanyak empat saksi diperiksa di Polres Musi Banyuasin (Muba) terkait laporan dokter Syahpri Putra Wangsa yang dipaksa oleh keluarga pasien membuka masker ketika sedang bertugas di Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Sekayu, Kabupaten Muba, Sumatera Selatan.