Banyak Siswa Keracunan MBG, Pengamat Sarankan Alihkan Program Makan Bergizi ke Rumah
Program Makan Bergizi Gratis (MBG) tengah menjadi sorotan usai masih terus bertambahnya siswa yang keracunan usai menyantapnya.
Penulis: Elga Hikari Putra | Editor: Satrio Sarwo Trengginas
Laporan Wartawan TribunJakarta.com, Elga Hikari Putra
TRIBUNJAKARTA.COM - Program Makan Bergizi Gratis (MBG) tengah menjadi sorotan usai masih terus bertambahnya siswa yang keracunan usai menyantapnya.
Mengacu data dari Badan Gizi Nasional (BGN) ada 4.711 korban keracunan MBG sejak program itu bergulir pada 6 Januari 2025.
Aktivis sosial dan pengamat kebijakan publik, Azas Tigor Nainggolan, menilai bahwa program MBG saat ini telah gagal dalam pelaksanaannya dan harus dihentikan sementara untuk dilakukan evaluasi menyeluruh.
Tigor mengatakan, banyak kritik dari masyarakat yang menggambarkan bahwa program MBG bukan lagi makanan bergizi gratis, melainkan telah berubah menjadi "Makanan Bermasalah Gratis" atau bahkan "Makanan Beracun Gratis".
Lebih lanjut, Tigor mengkritik model pelaksanaan program MBG yang menggandeng pelaku usaha eksternal atau industri makanan yang rentan terhadap penyelewengan dan korupsi.
“Biaya makanan awalnya Rp15.000, sampai ke anak tinggal Rp10.000, bahkan ada yang lebih rendah," kata Tigor, Selasa (30/9/2025).
Wakil Ketua Forum Warga Kota (FAKT) Indonesia itu menegaskan, cara pelaku usaha memotong anggaran telah merusak tujuan mulia MBG, yaitu memberikan gizi seimbang untuk masa depan anak-anak Indonesia.
Tigor juga menyampaikan kekhawatirannya atas kuatnya intervensi industri makanan dan minuman tidak sehat dalam kehidupan sekolah anak-anak.
Menurutnya, banyak kantin sekolah kini diisi oleh makanan tinggi gula, garam, lemak (GGL) hingga minuman manis kemasan.
“Industri makanan tidak sehat bahkan sudah masuk ke sekolah-sekolah dan diduga bekerja sama dengan pihak sekolah. Ini situasi yang sangat membahayakan,” ujarnya.
Tigor menyampaikan bahwa dalam diskusi bersama Prof Barry M. Popkin, pakar nutrisi dari University of North Carolina, disimpulkan bahwa makanan dari rumah jauh lebih sehat dan aman dibanding makanan dari luar.
“Prof Barry menyatakan, risetnya membuktikan bahwa makanan rumah tangga jauh lebih bergizi dan lebih terkontrol daripada makanan dari dapur industri atau kantin,” katanya.
Azas Tigor menilai pendekatan pemerintah harus berubah.
Ia mengusulkan agar program MBG dialihkan bukan lagi ke pelaku usaha, melainkan kepada keluarga sebagai garda terdepan.
“Jika makanannya berasal dari rumah, tidak mungkin seorang ibu tega memberi makanan basi atau busuk kepada anaknya. Ibu selalu memberikan yang terbaik, bahkan melebihi anggaran,” tutur Tigor.
Menurutnya, pemerintah bisa membantu keluarga bukan dengan makanan siap saji, melainkan melalui berbagai kebijakan lain.
Di antaranya subsidi bahan pangan sehat langsung ke rumah tangga.
Kemudian, pengurangan beban biaya pendidikan agar keluarga punya ruang menyediakan makanan sendiri
"Serta pengawasan ketat terhadap sekolah agar tidak lagi menjadi “ladang pungli” dan bisnis terselubung," ujar Tigor.
Tigor juga menyinggung soal praktik ilegal di sekolah, seperti pungutan liar, jual beli kursi, dan penggelapan dana BOS serta Kartu Indonesia Pintar (KIP), yang menurutnya turut menambah beban keluarga dan mengganggu pemenuhan gizi anak-anak.
“Kalau biaya pendidikan ditekan, keluarga bisa lebih fokus beli bahan makanan sehat untuk anak. Masa depan anak tidak bisa dibangun tanpa melibatkan keluarga,” ujarnya.
Terkait kondisi saat ini, Tigor pun mengutip puisi Khalil Gibran yang menyebut anak-anak sebagai anak panah dan orang tua sebagai busurnya.
“Tugas pemerintah bukan menggantikan orang tua, tapi memperkuat mereka. Pemerintah harus bantu agar orang tua bisa menjadi busur yang kuat, agar anak-anak melesat menuju masa depan yang sehat dan cerah,” kata Tigor.
Baca berita TribunJakarta.com lainnya di Google News atau langsung di halaman Indeks Berita
Sederet Permasalahan MBG di Jakarta: Sering Temukan Ulat hingga Dijadikan Pakan Soang |
![]() |
---|
Komika Ini Sentil Deddy Corbuzier: Yang Tolak MBG Dulu Dibilang "Pea", Sekarang Keracunan |
![]() |
---|
Pengamat Nilai Prabowo Seret Kasus Keracunan MBG ke Ranah Politis: Presidennya yang Narik-Narik |
![]() |
---|
Kasus MBG di Batam dan Lampung: Ada Serpihan Kaca di Nasi, Mata Siswa Merah Usai Santap Roti Sosis |
![]() |
---|
SOSOK Feri Amsari Senggol Deddy Corbuzier: Dulu Mas Letkol Hina Respons Anak Soal MBG, Gimana Om? |
![]() |
---|
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.