Siswa Sampai Pingsan Keracunan MBG, Ni Luh Djelantik Desak Evaluasi: Jangan Sampai Kita Jadi Algojo
Ratusan pelajar keracunan Makan MBG di berbagai wilayah Indonesia sepekan ini. Ada yang sampai pingsan. Senator Ni Luh Djelantik bereaksi keras.
TRIBUNJAKARTA.COM - Ratusan pelajar mengalami keracunan Makan Bergizi Gratis (MBG) di berbagai wilayah Indonesia selama sepekan ini.
Terbaru, sebanyak 251 pelajar terdampak keracunan MBG tersebar di SMA 1 Tinangkung, SMK 1 Tinangkung, SDN Tompudau, SDN Pembina, SDN saiyong, MTs Alkhairaat Salakan.
Indikasi penyebab sementara keracunan karena olahan ikan jenis cakalang pada menu MBG yang diduga sudah tidak layak konsumsi.
Gejala seperti mual, muntah, pusing, dan diare ringan mulai dirasakan siswa tak lama setelah menyantap makanan.
Bahkan beberapa siswa pingsan di kelas. Guru dan orang tua segera membawa para pelajar itu ke fasilitas kesehatan terdekat.
Insiden itu pun membuat senator Bali Ni Luh Putu Ary Pertami Djelantik atau yang akrab disapa Ni Luh Djelantik bereaksi.
Anggota DPD periode 2024-2029 itu mendesak program MBG dievaluasi total.
Bahkan, kata Ni Luh Djelantik, bila perlu MBG dihentikan.
"Berikan kewenangan pada orang tua atau sekolah mereka. Jangan sampai kita jadi algojo, menghancurkan harapan anak dan orangtua mereka hanya demi memaksakan program yang jelas-jelas telah menyebabkan ribuan anak sakit," tulis Ni Luh Djelantik dikutip dari akun instagramnya @niluhdjelantik, Kamis (18/9/2025).
Keracunan MBG di Banggai
Data terakhir dari RS Trikora Salakan hingga pukul 07.00 WITA, jumlah pelajar Keracunan Makanan usai menyantap MBG di sekolah mencapai 251 orang, Kamis (18/9/2025).
Dari data itu, 173 orang di antaranya telah diizinkan pulang setelah mendapat penanganan medis di RS Trikora Salakan.
Sedangkan 78 orang lainnya masih dalam perawatan intensif.
Gejala keracunan MBG yang dirasakan ratusan pelajar beragam, yaitu gatal-gatal di seluruh badan, mual/muntah, bengkak wajah, gatal tenggorokan, sesak nafas, pusing, dan sakit kepala.
Sementara itu, 251 pelajar terdampak keracunan MBG tersebar di SMA 1 Tinangkung, SMK 1 Tinangkung, SDN Tompudau, SDN Pembina, SDN saiyong, MTs Alkhairaat Salakan.
Diberitakan, Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) bersama Palang Merah Indonesia (PMI) Kabupaten Banggai Kepulauan (Bangkep), Sulawesi Tengah, bergerak cepat mendirikan tenda darurat di halaman RSUD Trikora Salakan.
Langkah itu diambil menyusul lonjakan jumlah pelajar yang mengalami gejala Keracunan Makanan massal usai menyantap sajian Makan Bergizi Gratis atau MBG di sekolah.
Kejadian tersebut terjadi pada Rabu (17/9/2025) setelah ratusan pelajar dari beberapa sekolah di Salakan mengikuti program pembagian makanan bergizi.
Tak berselang lama, banyak siswa mengeluhkan mual, pusing, dan muntah-muntah, hingga akhirnya dilarikan ke RSUD Trikora Salakan.
Namun, kapasitas RSUD Trikora yang terbatas membuat pihak rumah sakit kewalahan dalam memberikan penanganan cepat kepada seluruh korban.
Dalam waktu singkat, ruang IGD dan beberapa ruang rumah sakit penuh dengan pasien pelajar yang membutuhkan perawatan.
Kepala BPBD Banggai Kepulauan Saprin K Pitter mengatakan, pihaknya langsung berkoordinasi dengan PMI untuk menyiapkan tenda darurat sebagai ruang perawatan tambahan.
"Kami langsung menurunkan tim ke lokasi dan mendirikan beberapa tenda untuk mengakomodasi pasien yang belum bisa ditangani di dalam gedung rumah sakit. Ini langkah darurat untuk memastikan mereka tetap mendapatkan perawatan yang layak," ujar Saprin.
Sementara itu, PMI Banggai Kepulauan juga turut mengerahkan tenaga relawan untuk membantu penanganan darurat.
Dinas Kesehatan setempat tengah melakukan penyelidikan dan pengambilan sampel makanan untuk diuji di laboratorium.
Menurut informasi sementara, MBG dibagikan serentak kepada sekitar 3.000 siswa di Kecamatan Tinangkung. Menu yang dibagikan didominasi oleh ikan cakalang, sayuran, dan nasi.
Namun hanya beberapa jam setelah makan siang, sejumlah siswa mulai mengeluh pusing dan mual.
“Awalnya hanya satu dua anak yang mengeluh, tapi tidak lama kemudian jumlahnya bertambah cepat. Kami panik,” ungkap salah seorang guru SD yang enggan disebutkan namanya.
Pihak Dinas Kesehatan Banggai Kepulauan telah turun tangan untuk menyelidiki kasus ini.
Sampel makanan telah diambil untuk diuji di laboratorium.
"Kami belum bisa memastikan penyebab pasti keracunan. Namun dari laporan awal, dugaan kuat mengarah pada menu ikan cakalang," ujar seorang pejabat dari Dinas Kesehatan.
Pihak kepolisian juga telah membuka penyelidikan untuk mengusut apakah ada kelalaian dalam proses pengolahan atau distribusi makanan tersebut.
Sedangkan, Bupati Banggai Kepulauan (Bangkep) Rusli Moidady menyatakan para dokter dan tenaga kesehatan talah dikerahkan agar bisa menangani seluruh pelajar keracunan, dan sampai saat ini tidak ada yang dinyatakan kritis.
“Kami juga akan melakukan observasi atau pemulihan selama 1×24 jam, dan jika tidak terdapat gejala-gejala alergi maka akan dipulangkan ke rumah,” tuturnya.
Selain itu, Rusli juga berharap anak-anak yang sedang dalam observasi dapat segera sehat dan menjalankan aktivitas kembali.
“Harapan kami semoga anak-anak akan sehat kembali dan Insyaallah ke depan tidak terjadi lagi,” terangnya.
Selain di Banggai, keracunan MBG juga terjadi di Garut, Jawa Barat pada Rabu (17/9/2025).
Dimuat Tribunnews.com peristiwa tersebut terjadi di Kecamatan Kadungora, Kabupaten Garut, pada Rabu (17/9/2025).
Para pelajar tersebut berasal dari tiga sekolah di Kecamatan Kadungora, Kabupaten Garut.
Kepala SMA Siti Aisyah Hari Triputuharja berujar, gejala keracunan itu mulai dirasakan oleh korban pada Rabu dini hari.
Bahkan, sejumlah pelajar tetap memaksakan diri masuk sekolah meskipun kondisi tubuh melemah.
Akan tetapi, sebagian terpaksa pulang lebih awal karena tak kuat.
“Kalo yang dibawa ke puskesmas yang dibawa saat ini dari sekolah kami ada empat orang, cuma yang ditindak di sekolah mungkin lebih dari 30 orang," ujarnya kepada Tribunjabar.id pada Rabu sore.
Ia menyebut, keluhan yang dirasakan oleh siswanya adalah sakit perut hingga harus keluar masuk toilet lebih dari tiga kali.
Meski begitu, pihaknya belum bisa memastikan gejala keracunan tersebut berasal apakah dari makanan MBG yang disantap siswanya pada Selasa (16/9/2025).
"Kalo yang kemarin sebetulnya makanannya enak menunya enak dan gak kerasa asem atau gimana."
"Tapi tidak tahu ya, kita belum berasumsi ini faktornya dari MBG atau bukan karena kan sedang dalam penelitian juga," lanjutnya.
Wakil Bupati Garut Luthfianisa Putri Karlina menengok belasan pelajar yang alami gejala keracunan diduga setelah menyantap MBG.
Putri datang ke UPT Puskesmas Kadungora yang menjadi tempat 15 orang pelajar menjalani perawatan setelah mengalami gejala keracunan makanan pada Rabu malam.
Rantai Komando MBG
Program MBG di setiap daerah dikomandoi Badan Gizi Nasional (BGN).
Dalam menjalankan tugasnya, BGN bekerja sama dengan berbagai pihak, yang disebut mitra, untuk menjalankan program MBG.
Kemitraan itu bertujuan untuk memastikan program bisa menjangkau masyarakat secara luas dan berkelanjutan.
Mitra BGN tidak terbatas pada satu jenis entitas saja.
Mereka bisa berasal dari berbagai latar belakang, baik individu maupun lembaga, di antaranya:
- Yayasan atau lembaga sosial: Bertanggung jawab dalam pengelolaan dan pencairan dana program. Mereka menjadi jembatan antara pendanaan dari BGN dan pelaksanaan di lapangan.
- Badan usaha: Seperti Perseroan Terbatas (PT), Commanditaire Vennootschap (CV), hingga Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM). Mereka berperan sebagai penyedia bahan baku atau pengelola dapur untuk produksi makanan.
- Organisasi dan instansi pemerintah: Termasuk koperasi, Badan Usaha Milik Desa (BUMDes), dan lembaga lain yang relevan.
Mitra BGN kemudian mendirikan Satuan Pelayanan Pemenuhan Gizi (SPPG), unit dapur yang beroperasi menyediakan makanan bergizi bagi siswa sekolah dan ibu hamil.
SPPG bekerja dengan standar operasional prosedur yang ketat, mulai dari pemilihan bahan baku hingga distribusi makanan, dengan dukungan dari berbagai mitra seperti pemerintah, TNI, Polri, dan swasta.(TribunJakarta.com/TribunPalu/Wartakota)
Akses TribunJakarta.com di Google News atau WhatsApp Channel TribunJakarta.com. Pastikan Tribunners sudah install aplikasi WhatsApp ya
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.