Viral di Media Sosial
Nama Baru Terseret Kasus Yai Mim vs Sahara, Pengakuan Eks Dosen UIN Bikin Kasus Makin Semrawut
Konflik yang terjadi antara mantan dosen UIN Malang, Muhammad Imam Muslimin alias Yai Mim, dengan tetangganya, Nurul Sahara, semakin memanas.
TRIBUNJAKARTA.COM - Konflik yang terjadi antara mantan dosen UIN Malang, Muhammad Imam Muslimin alias Yai Mim, dengan tetangganya, Nurul Sahara, semakin memanas.
Kini kasus tersebut memasuki babak baru setelah muncul nama baru yang dikaitkan sebagai dalang peristiwa ini.
Kasus ini heboh di media sosial setelah Sahara melontarkan berbagai tuduhan terhadap Yai Mim, mulai dari pelecehan seksual sampai perusakan mobil rental.
Akibat tudingan tersebut, Yai Mim sempat dinonaktifkan dari jabatannya sebagai dosen di UIN Malang.
Bahkan pada 22 September 2025, ia bersama keluarganya diusir dari rumah oleh aparat setempat.
Yai Mim kemudian buka suara dan mengklarifikasi setiap tuduhan yang datang kepadanya melalui akun media sosial istrinya, Rosida Vignesvari dan juga saat hadir di kanal YouTube Sumargo Denny.
Yai Mim menegaskan seluruh tudingan Sahara tidak berdasar dan tidak benar.
Akar persoalan itu berawal dari tanah miliknya yang digunakan Sahara untuk kandang kambing dan parkir mobil rental.

Yai Mim menegaskan tidak pernah melakukan blokade jalan, apalagi pencabulan seperti yang dituduhkan.
"RT, RW, dan warga hanya mendengar keterangan sepihak dari Sahara. Tidak pernah ada mediasi resmi," ujar Yai Mim.
Yai Mim mengisahkan kejadian yang membuat dirinya difitnah.
Nama Baru Terseret
Kini kasus perseteruan Yai Mim dengan Sahara menyeret nama baru setelah eks dosen UIN itu membuat pengakuan terbaru.
Dalam podcast yang ditayangkan di Youtube Denny Sumargo pada Senin (29/9/2025) lalu, Yai Mim mengungkap sempat melihat Sahara dan Agil keluar dari rumah pada dini hari.
Saat itu, suami Sahara yang bernama Shofwan sedang tidak ada di rumah.
Agil sendiri adalah sopir di tempat usaha rental Sahara.
“Si Agil (sopir Sahara) kenapa bermasalah sama kalian?” tanya Denny Sumargo dikutip dari TribunJateng.
"Keluar rumah itu Mba Sahara dan Agil bersamaan, sama-sama marah,” ucap Yai Mim.
“Pada saat kapan itu?” tanya Denny.

“Pas malam kejadian yang parkir di depan pintu, jadi mba Sahara berpakaian minim keluar bersama dengan Agil. Dari rumah.
Di saat Pak Sofyan tidak pulang. Jangan berfikiran macem-macem ya, saya nggak curiga ke siapapun.
Mba Sahara marah, Agil marah sampai 7 kali," papar Yai Mim.
Meskipun begitu, Yai Mim menegaskan jika kita tak boleh memiliki prasangka buruk.
Pengakuan Yai Mim pun membuat warganet bertanya-tanya tentang sosok Agil dan hubungannya dengan Sahara.
Agil sendiri adalah sopir yang bekerja di tempat rental mobil Sahara.
Sehingga hubungan keduanya adalah bos dan karyawan.
Agil merupakan sosok pria yang masih muda.
Agil sempat diundang dalam podcast Deni Sumargo bersama Sahara untuk menjelaskan kronologi perselisihan dari pihak mereka.
Sayangnya, podcast itu tak jadi ditayangkan atas permintaan warganet melalui polling yang dibuat oleh Denny Sumargo.
Wali Kota Malang Diminta Jadi Penonton
Dalam pernyataan terbarunya, Yai Mim meminta Wali Kota Malang, Wahyu Hidayat, untuk tidak ikut campur dalam konflik mereka.
"Kalau sudah saling menabuh genderang perang maka jangan ada yang mundur alias tidak ada mediasi lagi Pak Wali, jadi biarkan kami perang. Pak Wali harus melihat sebagai penonton saja. sebagai penonton yang baik, nanti yang menang kita apresiasi yang kalah semoga jd pelajaran kenapa anda kalah," kata Yai Mim, seperti dikutip dari Instagram resminya pada Rabu (1/10/2025).
Yai Mim mengaku mengambil prinsip dari perang Majapahit.
Pasukan Majapahit selalu menyerang habis-habisan tanpa mengenal gencatan senjata.
Bahkan, Yai Mim telah menunjuk "Panglima Perangnya" bernama Agustian Anggi Siagian untuk menghadapi kasus hukum yang menimpanya.
Pemicu perang yang memanas itu, kata Yai Mim, laporan Sahara ke pihak berwajib.

Hal itu dinilai merupakan tanda bahwa Sahara yang menabuh genderang perang terlebih dahulu.
"Kalau saya kalah atau saya salah, saya siap masuk penjara alias, tapi kalau menang ya kudu diakui," lanjutnya.
Menurutnya, tidak ada kata damai ketika genderang perang sudah saling ditabuhkan.
Sebab, jika salah satu pihak mundur, justru berpotensi memicu konflik lanjutan antar pendukung mereka.
"Jadi, kalau sudah genderang perang ditabuh jangan ada yang mundur. Kenapa? Ya kalau saya yang mundur, akhirnya terjadi perang saudara, artinya apa? Saya ganti perang dengan pendukung saya. Demikian pula ibu Sahara, jangan mundur kalau sampeyan mundur, sampeyan akan diperangi oleh pendukung sampeyan," pungkasnya.
Berita Terkait:
- Baca juga: Ramai Penolakan Netizen, Yai Mim Justru Desak Denny Sumargo Upload Klarifikasi Sahara di Podcast-nya
- Baca juga: Wali Kota Malang Diminta Jadi Penonton, Yai Mim Lanjutkan Perang dengan Sahara
- Baca juga: Yai Mim Sambut Genderang Perang dari Sahara, Beri Pesan untuk Wali Kota Malang: Tak Ada Mediasi
Baca berita TribunJakarta.com lainnya di Google News atau langsung di halaman Indeks Berita
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.