Beda Pilihan, Warga Enggan Hadiri 100 Hari Meninggalnya Anak Maryadi

Setelah Joko Laksono menang dalam Pemilihan Kepala Desa Tijayan, Klaten, hidup Maryadi dan anggota keluarganya dikucilkan.

Editor: Y Gustaman
Surya/Ahmad Zaimul Haq
PERBANYAK IBADAH - Jemaah membaca Alquran saat iktikaf di dalam masjid pada malam ganjil hari ke-21 Ramadan di Masjid Al Akbar Surabaya, Jumat (16/6) dini hari. Pada malam ke-21 Bulan Ramadan 1438 Hijriyah, Masjid Al Akbar Surabaya dikunjungi ribuan umat muslim untuk memperbanyak ibadah dan berharap mendapatkan malam Lailatulkadar yang diyakini sebagai malam yang lebih baik dari seribu bulan. SURYA/AHMAD ZAIMUL HAQ 

TRIBUNJAKARTA.COM, KLATEN - Setelah Joko Laksono menang dalam Pemilihan Kepala Desa Tijayan, Klaten, hidup Maryadi dan anggota keluarganya dikucilkan.

Ratusan mata warga RT 02/RW 01 Dusun Jomboran menyelidik kemana pun Maryadi melangkah keluar rumahnya.

Hubungan warga dan Maryadi yang dulu guyub, kini merenggang.

"Saya mau buang air di kali saja ada beberapa warga yang mengawasi," ungkap Maryadi kepada Tribun Jogja, Senin (15/1/2018).

Usut punya usut, warga mengucilkan Maryadi karena pilihannya soal calon kepala desa berbeda dengan kebanyakan warga.

Baca: Pemain Asing Pernah Lihat Bos Klub Indonesia Bawa Pistol ke Ruang Ganti Wasit

Ketika warga sepakat memilih Joko Laksono sebagai calon di Pilkades Tijayan, Maryadi lebih pro kepada Agus Prihadi, yang tak lain kerabatnya.

"Masa keluarga anda sendiri tidak anda pilih?" kata Maryadi.

Berdasar hasil penghitungan suara, calon Maryadi kalah dan pemenangnya adalah Joko Laksono. 

Pilkades Tijayan pun selesai, tapi warga malah menjadi-jadi mengucilkan Maryadi, bahkan keempat anaknya pun harus mengalami hal serupa.

Satu waktu, ia menggelar selamatan 40 hari meninggalnya putri ketiga dan semua undangan sudah disebar kepada warga.

Harapan banyak warga mendoakan, Maryadi kaget karena tak ada satu pun yang datang di acara selamatan.

Putri ketiga Maryadi meninggal sebelum Pilkades Tijayan, tapi warga masih ikut membantu pelaksanaan upacara pemakaman.

Warga kembali tak datang di selamatan 100 hari meninggalnya putri ketiga Maryadi.

Rencana mengundang warga dari luar dusun pun ditempuh, tapi para tetangga rumah menghalangi mereka datang ke rumah Maryadi.

"Ada yang bilang warga sudah mau datang tapi dihalang-halangi. Ya sudah saya tanggapi secara biasa. Berkat yang sudah saya siapkan saya antarkan sendiri," cerita dia.

Sumber: Tribun Jogja
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved