Menyambut Nyepi Pemuda Lombok Ini Siap 'Berperang'
Dalam tradisi unik ini, dua kelompok pemuda itu saling berhadapan. Mereka 'berperang' dengan senjata gobok.
TRIBUNJAKARTA.COM, JAKARTA - Menjelang catur brata penyepian di hari raya Nyepi adalah saat saat yang dinanti para pemuda dari Banjar Negarasakah dan pemuda Banjar Sweta di Lombok, Nusa Tenggara Barat.
Pada Jumat (16/3/2018) sore, sebelum matahari tenggelam di ufuk barat, para pemuda itu melakukan tradisi turun-temurun, yaitu perang api.
Dalam tradisi unik ini, dua kelompok pemuda itu saling berhadapan.
Mereka 'berperang' dengan senjata gobok (daun kelapa yang kering) yang dibakar api.
"Ini tradisi turun-temurun. Tradisi ini merupakan ritual mengusir wabah penyakit yang dibawa bhuta kala atau roh-roh jahat yang bersemayam di muka bumi dan mengganggu kehidupan manusia. Itu makna yang terkandung dalam perang api," kata Komang Kertayasa, salah seorang warga Banjar Sweta.
Ketika gobog telah menyala, kedua kelompok pemuda itu pun bergerak.
Baca: Masuk Bursa Cawapres Partai Gerinda Dampingi Prabowo, Begini Tanggapan Mahfud MD
Mereka berlari sambil memutar-mutar gobok mereka yang menyala, kemudian memukul lawan.
"Ini adalah tradisi perang api yang merupakan tradisi turun temurun sejak 277 tahun silam," kata Kertayasa.
Meskipun bergelora dan bernuansa penuh kekerasan, namun para pemuda dari banjar yang berbeda itu tetap menjaga rasa persaudaraan dan saling menghargai.
Mereka berpelukan dan bersalaman sebagai wujud kokohnya persatuan menjaga tradisi leluhur mereka.
Menurut warga dan para tokoh adat Hindu di Lombok, tradisi ini dijalankan usai pawai ogoh-ogoh, menjelang senja atau sehari sebelum pelaksanaan catur brata penyepian.
Baca: Tak Diizinkan Pulang Untuk Melihat Anaknya Yang Meninggal, Jasad Sang Anak Akhirnya Dibawa ke Lapas
Umat Hindu di Lombok berharap tradisi perang api yang dijalankan turun temurun itu tetap terjaga dan menjadi penyambung persaudaraan dan kebersamaan.
Apalagi, tradisi ini juga digemari wisatawan, baik mancanegara maupun domestik.