Rafly, Sosok Di Balik Topeng Ondel-ondel yang Biayai Pendidikan, Tunangan dan Nikahan dari Ngamen 

"Kalau udah lama barang setahun dua tahun bisa sampe 6- 10 jam. Kalau pemain baru paling kuat 1 sampai 3 jam aja," katanya.

Penulis: Satrio Sarwo Trengginas | Editor: Wahyu Aji
TRIBUNJAKARTA.COM/NOVIAN ARDIANSYAH
Muhammad Rafly, seorang tukang panjak ondel ondel. 

Laporan Wartawan TribunJakarta.com, Satrio Sarwo Trengginas

TRIBUNJAKARTA.COM, MAMPANG PRAPATAN - Boneka kayu khas Betawi, ondel-ondel itu mulai berjalan menyusuri seluk beluk Ibukota yang terhampar perumahan serta gedung tinggi menjulang.

Dengan suara lantunan musik dari pengeras suara yang didorong mengiringi ondel ondel berjalan, kelompok ondel-ondel itu meminta secuil rezeki dari warga sekitar.

Dalang dibalik boneka kayu yang besar itu bernama Muhammad Rafly (25).

Ia adalah satu diantara sekian banyak pembawa ondel-ondel kala membawa boneka kayu khas Betawi itu.

"Saya yang suka bawa ondel-ondel kala membawanya keliling kota. Namanya itu orang kita bilang 'Tukang Panjak'," kata Rafly kepada TribunJakarta.com, saat ditemui saat Festival Palang Pintu 2018, Kemang, Jakarta Selatan beberapa hari silam, Minggu (6/5/2018).

Muhammad Rafly, seorang tukang panjak ondel ondel.
Muhammad Rafly, seorang tukang panjak ondel ondel. (TRIBUNJAKARTA.COM/SATRIO SARWO TRENGGINAS)

Tak sembarang orang langsung bisa memainkan ondel-ondel kala berkeliing di jalan, harus memiliki teknik dasar yang cukup.

"Saya kan bergabung di Sanggar Betawi Al Fathir di daerah Senen, Gang Kramat Pulo. Kalau teknik dasar sama seperti tarian topeng. Pijakan dan hentakan kaki lebih sering dibanding di tangan kita. Kalau kaki diem ya ondel ondel ikutan diem. Jadi harus ikut goyang ikutin irama musiknya,"gumamnya.

Durasi dalam memainkan ondel-ondel pun bagi tukang panjak berbeda beda.

"Kalau udah lama barang setahun dua tahun bisa sampe 6- 10 jam. Kalau pemain baru paling kuat 1 sampai 3 jam aja," katanya.

Kebanyakan ondel-ondel bersiap untuk turun ke jalan saat siang hari.

"Perjalanan kita mulai dari jam 2 siang. Setiap azan ashar mulai berkeliling hingga pukul 10 malam. Kalau ngiter semua Jakarta. Di Jakarta Selatan kita sering ke Kemang, Cipete, Bangka paling jauh di Bogor, Leuwiliang," tuturnya.

Rafly mengaku dari hasil dia mengangkat ondel-ondel kayu itu, ia bisa menghidupi biaya pendidikannya, biaya tunangannya hingga nikahan nanti.

"Saya sudah mulai bawa ondel-ondeld dari SMP. Dari sini saya cukupi biaya pendidikan sampai saya lulus SMK jurusan otomotif. Hingga biaya tunangan saya. Dari sini insya allah untuk biaya nikahan akan terkumpul. Adalah sehari bisa sampai 50 ribu, atau bahkan lebih," ungkapnya.

Ia ingin meluruskan pandangan orang yang memandang orang-orang dibalik pemain ondel-ondel adalah para pemabuk.

Halaman
12
Sumber: Tribun Jakarta
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved