Hari Raya Waisak, Simak 3 Makna Perayaan Umat Buddha
Dilansir dari laman Buddha.id, kata Waisak sendiri berasal dari bahasa Pali, yaitu "Vesakha" dan dalam bahasa Sansekerta disebut "Vaisakha".
Penulis: Erlina Fury Santika | Editor: Ferdinand Waskita Suryacahya
TRIBUNJAKARTA.COM -- Hari ini (29/05/2018) umat Buddha merayakan hari besar keagamaannya, Tri Suci Waisak 2562 BE/2018.
Perayaan hari raya ini, dikutip dari TribunJambi.com, dalam kalender buddhis biasanya jatuh pada bulan Mei menurut kalender masehi.
Namun sering kali juga bisa jatuh pada bulan April atau awal Juni.
Baca: Ribuan e-KTP Tercecer di Jalan Salabenda Bogor Bikin Gempar, Kasubag Dukcapil Dicopot
Baca: Polisi Tetapkan Korban Begal yang Lawan Balik Pembegal Jadi Tersangka
Dilansir dari laman Buddha.id, kata Waisak sendiri berasal dari bahasa Pali, yaitu "Vesakha" dan dalam bahasa Sansekerta disebut "Vaisakha".
Hari Raya Waisak dalam kalangan umat Buddha sering disebut dengan Trisuci Waisak.
Bukan tanpa alasan, pemberian nama tersebut dilandasi oleh tiga peristiwa penting yang semuanya terjadi di bulan "Vesakha" yang bersamaan dengan hadirnya bulan purnama.
Berikut tiga peristiwa penting tersebut:
1. Kelahiran Pangeran Sidharta
Pangeran Sidharta merupakan putra dari seorang raja yang bernama Raja Sudodhana dan seorang permaisuri yang bernama Ratu Mahamaya.
Pangeran Sidharta lahir kedunia sebagai seorang Bodhisatva atau calon Buddha, yang dikenal sebagai calon seseorang yang akan mencapai kebahagiaan tertinggi.
Pangerang tersebut lahir di taman Lumbini pada tahun 623 Sebelum Masehi.
2. Mencapai Penerangan Sempurna
Menginjak usia 29 tahun, Pangeran Sidharta pergi meniggalkan istana dan anak istrinya menuju hutan untuk mencari kebebasan dari 4 peristiwa yang beliau lihat, yakni lahir, tua, sakit, dan mati.
Pada usia 35 tahun, tepat pada saat datangnya purnama Sidgi di bulan Waisak, akhirnya petapa Sidharta mencapai penerangan sempurna, atau menjadi Sang Buddha.
3. Parinibbana